جهاد, seperti apa ya?

جهاد Jihad

Bagi kebanyakan orang-orang yang tidak mengerti jihad terutama orang-orang barat, jihad selalu diidentikan dengan kekerasan, peperangan, pembalasan dendam, pertumpahan darah, dan lain-lain. Itu bisa dimaklumi karena banyak media massa baik di Indonesia maupun (apalagi) di dunia barat, jihad memang diinformasikan sebagai perang suci (holy war) secara tidak berimbang. Walaupun penggambaran tersebut tidak sepenuhnya salah, namun sebenarnya terdapat banyak bermacam-macam jihad, dan jihad dengan cara berperang hanyalah salah satu di antaranya. Bahkan dalam jihad berperangpun terdapat beberapa peraturan yang wajib diperhatikan dan tidak boleh asal membunuh membabi-buta.

Jihad secara harfiah sebenarnya berarti adalah “berusaha keras” (to strive). Atau arti secara meluasnya adalah seseorang harus berusaha keras dengan ikhlas untuk membimbing orang ke jalan yang benar di jalan Allah swt melalui cara yang digariskan dan diridhai oleh Allah swt dan tidak boleh sembarangan. Dahulu tugas mulia ini dibebankan oleh nabi-nabi dan rasul-rasul yang diturunkan oleh Allah swt. Para nabi tersebut dahulu benar-benar diuji dalam menyebarkan siar Allah swt dan tak jarang keselamatan jiwa para nabi tersebut terancam yang benar-benar membuat para nabi dan rasul harus berjihad (berusaha keras) untuk menyiarkan kebenaran. Namun setelah rasul terakhir (Nabi Muhammad saw), tugas mulia jihad ini kini dibebankan kepada orang-orang beriman atau kaum Muslimin yang wajib menegakkan ajaran Allah di muka bumi ini.

Seperti yang telah disebutkan jihad bukan saja dalam bentuk peperangan, perbuatan apapun di jalan Allah yang dapat menegakkan ajaran Allah atau membawa agama Islam menuju kejayaan, dapat pula disebut jihad. Jihad dapat berupa:

  • Jihad dengan hati (jihad bin qalb). Jihad di dalam hati yaitu menentang segala bentuk kebathilan (di dalam hati) melalui konsep tauhid.
  • Jihad dengan kata-kata (jihad bil lisan). Jihad menentang kebathilan lewat khutbah dan da’wah.
  • Jihad dengan pena dan ilmu (jihad bil qalam/lim). Yaitu jihad menentang kebathilan dengan mempelajari agama Islam, melalui ijtihad, dan juga mempelajari ilmu-ilmu sains yang membawa kejayaan Islam.
  • Jihad dengan tangan (jihad bil yad). Jihad ini banyak macamnya, termasuk dalam jihad ini adalah berjihad dengan harta, memelihara orang-orang tua, cacad, dll. Atau dapat juga melakukan aktivitas politik YANG BERSIH guna menegakkan ajaran Islam.
  • Jihad dengan pedang/senjata (jihad bis saif), yang ini jihad melalui perang suci untuk membela saudara-saudara seiman (yang satu ini tentu ada persyaratan-persyaratannya yang akan diuraikan belakangan).

Namun ada juga yang mengklasifikasikan jihad dengan melihat ‘lawan’ yang dihadapi. Lawan-lawan tersebut adalah: hawa nafsu, Shaitan, dan juga kaum munafiqin dan musyrikin yang ‘memerangi’ kaum muslimin. Namun apapun jihad yang dilakukan ada dua persyaratan utama yang harus diperhatikan dalam berjihad:

Pertama. Perbuatan jihad yang akan dilakukan TIDAK BOLEH termotivasi oleh masalah-masalah pribadi, kebangsaan, politik, keserakahan, kekuasaan ataupun permusuhan turun-temurun. Perbuatan jihad harus dilaksanakan untuk menjayakan nama dan ajaran Allah swt semata-mata.

Kedua. Peraturan-peraturan jihad harus diperhatikan secara hati-hati dan terus menerus, juga pelaksanaannya di lapangan. Karena jikalau kekuatan jihad telah melenceng dari niat menegakkan ajaran Allah, maka tentu saja nilai jihad yang dilakukan akan gugur.

Khusus untuk jihad yang berkenaan dengan perang senjata, ada hal-hal yang harus diperhatikan oleh kaum Muslimin yang berperang karena ada lumayan banyak saya ambil beberapa saja:

– Jihad dengan senjata hanya diperuntukkan untuk membela keimanan kaum muslimin yang diserang oleh kekerasan senjata, namun senjata tidak boleh digunakkan untuk memaksakan agama kita (Islam) kepada orang lain, karena paksaan dalam beragama tidak dibenarkan. Juga di tengah peperangan andaikan musuh menginginkan gencatan senjata maka perang harus dihentikan. Ada beberapa ayat Al-Qurân yang mendukung point ini:

Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu. (yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata: Rabb kami hanyalah Allah. Dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan masjid-masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa. (QS 22:39-40)

Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Dan jika mereka bermaksud hendak menipumu, maka sesungguhnya cukuplah Allah (menjadi Pelindungmu). Dialah yang memperkuatmu dengan pertolongan-Nya dan dengan para mumim. (QS 8:61-62)

Juga dalam perang jihad umat Muslim juga dilarang untuk memerangi pihak-pihak yang lemah atau tidak agresif dan juga mereka yang membayar jizya atau semacam pajak sebagai tanda  penyerahan diri kepada kaum Muslimin atau pemerintahan Muslim. Orang-orang non-Muslim yang membayar jizya tidak boleh diperangi atau dibunuh. Ada beberapa kelompok orang dari kaum non-Muslimin yang dibebaskan membayar jizya tetapi tetap tidak boleh diperangi atau dibunuh. Mereka itu adalah: para wanita, pria yang belum dewasa, orang-orang tua yang lemah, orang-orang sakit yang tak berdaya, Kaum non-Muslim yang tengah berada di dinas kemiliteran kaum Muslim, para pendeta dan rohaniawan, para budak yang tengah mencari kebebasan, dan juga orang-orang buta dan lumpuh.

 Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) pada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah Dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al-Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk. (QS 9:29)

Juga dalam hadits Bukhâri disebutkan bahwa penggunaan pedang (senjata) untuk kekerasan menjadi terlarang ketika pertikaian berhenti. Dan semua orang bebas untuk memeluk agamanya yang ia inginkan. Kita kaum Muslimin harus menunjukkan respek dan keramahan terhadap mereka yang tidak ingin berperang dengan kita. Adalah sama sekali tidak dibenarkan bagi kaum Muslimin untuk membunuh mereka yang non-Muslim tanpa alasan yang benar dan adil.

Sebenarnya masih lumayan banyak hal-hal yang harus diperhatikan dalam berjihad dengan senjata ini yang tidak akan cukup ditulis dalam satu artikel ini. Di sini saya hanya menunjukkan bahwa Islam pada dasarnya adalah agama perdamaian yang bahkan kalau berjihad dengan senjatapun banyak hal-hal yang harus dipatuhi dan dihormati, dan jihad Islampun tidak sekejam apa yang banyak digambarkan oleh media barat, walaupun harus diakui juga banyak kaum Muslimin yang tidak mentaati aturan-aturan berjihad yang sudah digariskan sehingga sedikit banyak mencoreng kemurnian jihad.

Nah, sebagai penutup dalam postingan ini, saya akan sedikit memberikan opini saya mengenai fenomena jihad belakangan ini di negeri ini terutama yang berkaitan dengan konflik di luar negeri terutama di Irak beberapa waktu yang lalu.
Saya pribadi berpendapat bahwa perang di Irak adalah bukan perang agama. Perang tersebut merupakan perang politik yang berbau keserakahan! Di satu fihak AS dengan George Bushnya dengan dalih menemukan Weapons of Mass Destruction (WMD) atau senjata pemusnah massal yang ternyata setelah diubeg-ubeg ternyata tidak ada padahal mungkin ingin menguasai minyak Irak, di pihak lain Saddam Hussein ingin mempertahankan kekuasaannya dengan cara-cara diktatorial dan tidak demokratis, dan terus menerus ingin “melenyapkan” bangsa Kurdi yang notabene adalah saudara seimannya juga walaupun dengan alasan bangsa Kurdi menginginkan negeri sendiri. (Mungkin si Saddam juga lupa bahwa negara Irak juga berdiri berkat mandat dari kerajaan Inggris tahun 1932, sebelumnya negara Irak tidak pernah ada dalam peta dunia, karena negeri ini sebenarnya merupakan bagian dari Persia sebelum dicaplok oleh kerajaan Ottoman tahun 1535 hingga akhir Perang Dunia I tahun 1918, dan setelah itu menjadi mandat Inggris hingga tahun 1932).
Nah, di sini kita bisa melihat bahwa perang di Irak bukanlah perang mempertahankan agama Allah, tetapi perang mempertahankan kursi kekuasaan Saddam Hussein di pihak Irak. Walaupun mungkin ada yang berpendapat bahwa kita harus membela saudara-saudara Muslim kita yang diserang, bagaimanapun juga, ya itu sah-sah saja masalah opini/selera pribadi. Tetapi ya, sebaiknya kalau yakin bahwa itu perang jihad, silahkan langsung aja berangkat! Tidak usah banyak berkoar-koar di dalam negeri yang bikin berisik aja. Kalau mau berkoar-koar “Jihad!!” nanti kalau sudah di medan perang boleh berkoar keras-keras! Mendingan di sininya diam tetapi di sananya beraksi dengan gagah berani, dibandingkan hanya berkoar-koar “Jihad!” saja tapi sampai di sana hatinya ciut atau malah nggak jadi berangkat! Jadi yang ingin berjihad silahkan saja tetapi asal jangan banyak omong saja! Menurut saya lebih bagus berjihad dengan cara lain, yang tidak konyol, dan tidak harus terjun ke medan pertempuran.
Di sini saya hanya berpendapat bahwa segala sesuatu harus difikirkan dengan arif, kepala dingin dan sudut netral. Toh, “kemenangan” AS atas Saddam Hussein kalau difikir-fikir juga kehendak Allah juga! Kenapa? Simpel saja! Karena semua kejadian di muka bumi ini  tidak ada yang terlepas dari kehendakNya! Atau mungkin kekalahan ini juga merupakan “sinyal” dari Allah swt agar ummat Islam lebih ber-iqra’ lagi, ber-iqra’ dalam arti kata seluas-luasnya demi kejayaan ummat Islam sendiri.

22 responses to “جهاد, seperti apa ya?

  1. Saya kira ini artikel yang bagus, Bung, di tengah fenomena adanya kelompok yang mangatasnakamakn Islam dengan melakukan razia di bulan puasa atau mengobrak-abrik tempat2 hiburan. Apakah mereka sudah paham benar dengan istilah jihat yang mereka pakai? Mudah2an mereka membaca artikel Bung Yari ini.

  2. Pak Yari, kalau nulis di blog tentang jihad termasuk jihad engga? Hehehe… 😀

    Ya memang, di dunia barat (khususnya si sini), pengertian jihad itu sudah disalahartikan, sudah menyimpang. Dunia barat sepertinya sengaja menciptakan hal ini untuk menimbulkan kebencian terhadap umat Islam. Media mereka begitu gencar, hampir tiap harinya menjelek-jelekkan ummat Muslim.

    Media barat itu lebih kejam, sangat menghina kaum muslim. Ini terlihat dengan olok-olokkan berupa penghinaan (misal dengan karikatur yang tiap harinya muncul di koran).

    Dan stupid-nya, orang-orang barat percaya aja. Walaupun katanya mereka lebih obyektif. Mereka lebih percaya media mereka.

    Duh sedih saya lihatnya….

  3. .. jihad memang diinformasikan sebagai perang suci (holy war) secara tidak berimbang.

    Mudah2an dengan adanya postingan ini, mereka bisa lebih memahami makna jihad yang sebenarnya. Di posting juga dalam bahasa Inggris ya Kang?

    Jihad secara harfiah sebenarnya berarti adalah “berusaha keras” (to strive)

    Saya cenderung sependapat dengan kata ini .. berusaha keras bukan kekerasan.

  4. Boleh nyambung lagi, ya, Bung! Terus terang saja saya ikut risih kalau ada kelompok yang mengatasnamakan Isalam tidak menampakkan wajah rahmatan lil’alamin. Justru sering menaburkan dendam dan kebencian. Tak berlebihan muncul kesan di luar sana kalau Islam itu identik dengan terorisme. Sebuah pandangan yang saya kira jelas2 amat sangat keliru. Generalisasi yang nggak bernalar karena hanya berdasarkan saru kasus saja.
    Semoga saja mereka yang gencar berkoar-koar mengklaim dirinya sebagai representasi umat Islam itu bisa segera kemlai ke jalan yang lurus, amiin.

  5. Wah, maaf, Bung Yari, ada beberapa kata yang perlu diralat nih biar nggak menimbulkan salah paham, hehehehe 😀
    Isalam = yag benar Islam
    saru = yang benar satu
    kemlai = yang benar kembali

    OK, trims.
    *semoga puasa kita bisa tuntas sebulan penuh, tidak bolong-bolong*

  6. @mathematicse

    Emang iya, bule kan banyak juga yang otaknya merk ‘Adidas’, alias Aikyu (IQ) DIbawah DASar huehehe 😀
    Tapi sebenarnya lumayan banyak juga sih bule-bule yang lumayan mengerti Islam, minimal bisa membedakan bahwa tindakan ummat Islam yang katanya ‘teroris’ tidak tersangkut paut dengan agama Islam. Walaupun mungkin masih lebih banyak yang otaknya bermerk Adidas :mrgreen:

    @Sawali Tuhusetya

    Memang betul Pak Sawali, masih banyak tindakan2 kekanak2an bangsanya sweeping dll, apalagi sampai merusak dlsb. Padahal tentu kita juga tidak akan suka kalau ada warga kita yang di-sweeping di luar negeri. Walaupun kita sebagai ummat Islam harus tegas, namun ketegasan itu tidak harus dalam wujud kekerasan dan pemaksaan apalagi sampai anarkis yang justru akan mencoret citra Islam di dunia.

    @erander

    Iya mas Eby, saya akan coba bikin yang versi Inggris, insya Allah. Dan mudah2an, insya Allah, bulan November blog saya yang bahasa Inggris akan berjalan kembali, sebab saya akhir2 ini agak sibuk.
    Tetapi mengenai artikel jihad yang berbahasa Inggris harus agak diubah plotnya tanpa merubah esensinya, jadi agak sesuai dan lebih enak dengan pikiran mereka. 🙂

  7. Iyah, jadi bingung yah, kalo ngga hati hati bisa salah kaprah dengan jihad, thanks ya

  8. Memang agak sulit juga menjaga sikap seimbang sebagai orang Islam. Kita harus bertindak secara proporsional dan harus faham betul esensi permasalahan. Kekuatan senjata dan kekerasan dikeluarkan ketika memang sungguh-sungguh diperlukan. Saya melihat sekarang banyak kelompok Islam yang berlaku tidak seimbang alias ekstrim. Ada yang cenderung menggunakan otot dalam menyelesaikan masalah dan juga cenderung selalu curiga dengan non Islam. Sebaliknya ada kelompok yang terlalu lembek dan cenderung sangat toleran terhadap kemaksiatan. Nah, sebaiknya umat Islam berada di tengah-tengah terutama dalam konteks jihad ini sehingga bisa menyelesaikan masalah tanpa menimbulkan masalah lain.

  9. Artikel yang sangat bagus.Moga di baca oleh mereka-mereka yang selalu mengatasnamakan Islam.Semenjak bulan ramadhon ini saya belajar banyak tentang Islam, dan lebih memahami.Jujur saja saya pernah berpikir,”Apa benar ya, ajaran agamanya begitu.Koq ada yang brutal,fanatik,bla…bla.” Syukur kini banyak terjawab lewat tulisan2 yang di tayangakan di blog, salah satunya ya ini tentang Jihad.

  10. @ mathematicse

    Maaf, kang Jupri, ada pertanyaan kang Jupri yang belum terjawab oleh saya, yaitu kalo nulis di blog termasuk jihad apa nggak? Hmmm menurut saya, tergantung niat, kalau niatnya menyebarkan kebaikan ya insya Allah dapat pahala jihad, tapi kalau niatnya ingin jadi populer lewat blog, ya insya Allah dapat pahala jihad juga, hanya Allah yang maha tahu. 😀

    @ raffaell

    Iya ell, bisa jadi salah persepsi, terims kembali ya!

    @doeytea

    Iya kang doey, kadang2 beberapa kelompok ummat Islam mempunyai niat yang baik tetapi dilaksanakan dengan cara yang salah, jadinya terkadang malah lebih menimbulkan masalah baru daripada menyelesaikan masalah yang lama. Terims ya, inputnya bagus.

    @Hanna

    Iya, mbak Hanna, semakin banyak membaca semakin bagus, karena wawasan kita makin luas, walaupun itu mungkin bukan kepercayaan kita. Saya sendiri juga banyak membaca tentang atheisme dan agnostisme, bukan untuk dipercayai tetapi sebagai bahan ilmu pengetahuan yang mudah2an dapat memperkaya knowledge-base saya. 🙂 Terims ya mbak, sudah membaca artikel saya.

  11. LHA!!! ini nih arti jihad yang bener, ga cuma asal ngacung-ngacungin senjata sambil tereak-tereak “ganyang kafir!!”
    salute pak sama postingannya! dengan adanya artikel ini, smua orang jadi lebih ngeh sama yang namanya jihad! secara tidak langsung postingan ini bisa meluruskan persepsi orang tentang jihad dalam Islam.

  12. Subhanallah..bagus banget artikel ini..

  13. Saya setuju dengan Kang Erander bahwa arti Jihad secara harfiah adalah Berusaha Keras

    Berjihad sangat dianjurkan bagi setiap muslim, jika kita di dzolimi ( sebagai pembelaan diri, harta dan agama )

    dan jika kondisi aman, dalam arti kita bebas menjalankan ibadah, tidak ada yang meneror, dan menyerang kita maka Jihad yang paling baik adalah Berusaha Keras Mengendalikan HAWA NAFSU ……

  14. @ hoek

    Insya Allah, mudah2an lebih banyak lagi ummat Islam yang melakukan jihad dengan cara yang benar. 🙂

    @eNPe

    Terims ya! 🙂

    @Aisalwa

    Benar mbak, mengendalikan hawa nafsu memang bagian dari jihad juga! 🙂

  15. Nih tak tambahi tulisan tentang Jihad

    Semoga lebih cerah dalam segi pandangan

  16. Selamat Malam Pak!Terima kasih atas informasinya,sekarang saya jadi tahu bahwa jihad itu berusaha keras tetapi tidak harus menggunakan kekerasan.Saya jadi teringat akan usaha keras yang pernah dilakukan oleh Yang Mulia Nabi Muhammad SAW.Ceritanya begini,ada seorang pengemis tunanetra bangsa Yahudi yang tiap pagi nongkrong di pasar.Setiap kali bertemu dengan orang pengemis itu selalu menjelek-jelekkan Nabi Agung kita.
    Nabi Muhammad yang Maha Pengasih tiap pagi pergi memberi makan dengan meyuapi pengemis tersebut dengan tanpa berkata-kata.Suatu hari Nabi wafat sehingga untuk sementara pengemis itu makan ala kadarnya dari pemberian para dermawan.Suatu hari mertua Nabi,yaitu ayah dari seorang istri Beliau mengunjungi putrinya.Sang ayah bertanya kepada putrinya: “Nak, apa yang belum pernah ayah lakukan sebagai rasa cinta ayah kepadamu?” Sang Putri menjawab :” Segalanya sudah dilakukan ayah,cuma satu hal yang dilakukan suami hamba yang belum dilakukan ayah.” “Apa itu nak?”,tanya sang ayah.”Memberi makan pengemis tunanetra yang ada di pasar.” jawab sang putri.
    Keesokan harinya mertua Nabi Muhammad SAW melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan oleh menantunya dulu.Ketika Beliau memberi makanan kepada pengemis Yahudi itu, si pengemis menolaknya.Mertua Nabi bertanya,” Mengapa engkau menolaknya,bukankah engkau pernah diberi makanan oleh seseorang beberapa masa yang lalu?” Pengemis menjawab : ” Ya,tetapi orang itu selalu menyuapi saya dan sebelum menyuapi,makanan itu terlebih dahulu dia haluskan sehingga mudah dikunyah.” Mertua Nabi memberitahu: ” Orang tersebut adalah Nabi Muhammad SAW “. Secara Spontan pengemis itu menangis dan bersahadat di depan Mertua Sang Nabi.Akhirnya pengemis itu menjadi seorang muslim.
    Dari cerita di atas kita dapat memetik pelajaran yang amat penting dari Sang Nabi.Beliau berjihad dengan hati yang maha kasih,walaupun orang itu telah memfitnahnya tetapi Beliau dengan kasih sayang yang tak terbatas tetap menolong si pengemis.Mudah2an cerita ini ada gunanya.Pak saya Buddhis,jika ada cerita saya yang kurang tepat tentang NABI pada cerita di atas mohon diluruskan ya.Terima kasih.

  17. @ asukowe

    Terima kasih atas link-nya, kedua teks saling melengkapi 🙂

    @ Yung Mau Lim

    Wah, mas Yung Mau ini rupanya sangat mengetahui sekali kisah2 Nabi Muhammad SAW. Saya sampai terpesona. Saya sendiri memang dulu sekali pernah mendengar kisah ini, tetapi detailnya sudah lupa bagaimana. Ya, tentu saja cerita yang mas Yung Mau ceritakan itu ada gunanya, bahwa dari teladan nabi di atas, kita harus berbuat baik kepada setiap orang dan menyayanginya apapun kepercayaannya. Jangankan berbuat baik kepada orang (dengan kepecayaan lain), terhadap binatang, tumbuhan dan segala bentuk ciptaan Allah saja harus kita pelihara dan tidak boleh kita merusaknya.
    Terims ya mas Yung Mau, telah mengingatkan saya dengan cerita seperti di atas. 🙂

  18. Jihad dalam artian berjuang sekuat tenaga saja; menjadikannya defenisi yang menyimpang. Defenisi ini banyak diartikan oleh saudara-saudara dari Jamaah Tablig. Kalau saya mengartikan usaha beladiri–membela tanah kelahiran sendiri, membela agama sendiri, atau apapun yang ditambah dengan kata sendiri, yang dibenarkan ALLAH SWT. Motivasi Dendam terhadap orang kafir yang memusuhi (yang tidak bisa dirubah lagi kecuali dengan cara peperangan),

    يُقَاتِلُونَكُمْ حَتَّىَ يَرُدُّوكُمْ عَن دِينِكُمْ إِنِ اسْتَطَاعُواْ
    Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. (Al-Baqarah:217)

    dan Mativasi terhadap bangsa tertentu yang telah dinyatakan Tuhan Terlaknat(Yahudi) dan memusuhi sepanjang masa — Harus diperangi– Dibolehkan!

    وَلَن تَرْضَى عَنكَ الْيَهُودُ وَلاَ النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُم
    Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka.(Al Baqarah:120)

    Boleh-boleh saja menganggap Perang Irak-AS adalah urusan Politik yang berbau keserakahan–tetapi perlu juga berjihad membela keluarga yang dizolimi. Itu juga Jihad! Irak tidak sekuat AS! Mereka sekarang jadi bulan-bulanan dan di Zholimi. Kita harus jeli juga melihat Rezim Saddam Husein tidak bisa dikatakan sebagai mewakili “Dunia Islam” walaupun ada beberapa kebijaksanaannya yang kepepet tampil untuk meraih simpati dan dukungan “Dunia Islam”(OKI=Organisasi Konfrensi Islam). Rezim Saddam Husein sebenarnya kalau dilihat dari kacamata Islam adalah Rezim yang Sekuler(negara yang memisahkan dari nilai-nilai agama). Saddam Husein sendiri berasal dari Partai Baath yang beraliran kiri berpaham Sosialisme.

    Berkoar-koar saja tapi gak jihad sama aja dusta, termasuk kelompok munafik tuh. Berkoar-koar tetapi di medan Jihad Ciut, perlu pikir dua kali, perlu persiapan yang matang, latihan militer,tubuh yang sehat dan kekar dan sebagainya. Jangan nanti sampai di medan Jihad malah sakit-sakitan merepotkan orang lain. Kalau balik lagi ketanah air sebelum berperang bisa dikatakan hangat-hangat tahi ayam. Makanya bersiaplah berperang jika mau membela “apa kek” disana.

  19. Saya rasa pendapat rekan-rekan semua mengenai pengertian Jihad sudah benar. Saya setuju.

    Karena semua kejadian di muka bumi ini tidak ada yang terlepas dari kehendakNya!

    Menanggapi kalimat diatas, saya berpendapat bahwa tak ada salahnya juga sebagian berjihad dengan cara ekstrim dan sebagian berjihad dgn tdk terjun ke medan perang. Semua itu ada porsinya masing-masing dan tak lepas dari Sunatullah.
    Masakan tak lah lezat jika tak dibumbui. Begitu juga dengan kehidupan ini. Hidup serasa tak bergairah jika selalu tenang dan damai. Sudah menjadi sunatullah bahwa di dunia ini selalu ada hitam-putih, baik-buruk dan salah-benar.

  20. @ Sobirin Nur

    Tentu kalau misalnya kita diserang oleh musuh-musuh Islam secara fisik, kita tidak boleh lari darinya dan harus kita lawan. Namun dibalik itu semua tentu harus ada motivasi dan kriteria yang jelas agar ‘perjuangan’ kita benar-benar dikategorikan sebagai perjuangan jihad, bukan sekedar hanya didasarkan pada emosi-emosi sesaat yang irrasional dan terburu-buru. Seperti yang saya katakan di atas, jikalau ada yang menganggap perang Irak-AS dikatakannya sebagai jihad, ya boleh2 saja, silahkan! (Toh semua yang menilainya adalah Allah swt), namun kalau memang mereka menganggapnya jihad, bukannya lebih baik langsung beraksi dengan tindakan nyata, dan tidak hanya berani berkoar2 di dalam negeri saja! Inilah yang saya khawatirkan dari ummat Islam yg berada di Indonesia ini terutama, pertama hanya menggunakan emosi sesaat dan tidak difikirkan lebih jauh, kedua tindakannya serba nanggung dan plin-plan sehingga tidak membawa hasil apa2! 🙂

    @pr4s

    Ya betul, hitam-putih, baik-buruk semuanya sudah menjadi sunatullah. Begitu pula tindakan2 ekstrim. Meskipun itu tindakan ekstrim, tentu bukan berarti tindakan tersebut asal-asalan dan tanpa perhitungan. Yang penting di sini adalah proses perjuangannya (tentu dalam arti luas), mengenai hasil ya tentu hanya Allah swt yang menentukan! Namun, jikalau prosesnya saja sudah asal-asalan dan amburadul, ya tahu sendiri deh hasil dan akibatnya… seperti yang sering kita saksikan sendiri! 🙂

  21. Ping-balik: Hukum Perang Dalam Islam « Spektrum Pemikiranku

  22. Berkenaan dengan masalah Jihad dan memerangi musuh, Allah Ta’ala Membuat pemisahan jelas didalam al-Quran sikap yang perlu diambil dalam menghadapi nonMuslim yang tidak memerangi, dan sikap terhadap nonMuslim yang memerangi:

    “Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. (al-Quran, 2:190)“

Tinggalkan komentar