Merry Xmas?? Happy Holiday??

Sebagai postingan terakhir di tahun 2007 ini, izinkanlah saya (lagi2) menyampah kembali di blogsfer ini dengan sebuah postingan kurang bermutu seperti ini. Kenapa begitu? Ya, inspirasi dari postingan ini adalah ketika saya berkeliling-keliling mengitari blogsfer ini dan mendapatkan lumayan banyak (yang nggak usah saya buatkan linknya, karena malas dan juga kurang penting) yang memuat topik apakah seorang Muslim boleh mengucapkan Selamat Natal (Merry Xmas, Joyeux Noël, Fröliche Weihnachten, Feliz Navidad, dan semacamnya!) atau tidak. Beberapa blogger sudah ada yang ‘menyatakan sikapnya’ dengan mengucapkan Selamat Natal dan ada juga yang bersikap “cuek” dan tidak mengucapkan Selamat Natal (dan Tahun Baru) di blognya, itupun juga sebagai sebuah sikap saya rasa. Lantas apa tujuan postingan ini? Tujuan postingan ini bukanlah untuk mempertentangkan mana yang boleh dan mana yang tidak dan juga bukan untuk memperkeruh air yang sudah keruh tetapi postingan ini hanya sekedar sikap saya pribadi tentang masalah ini. Boleh juga dong saya menyatakan sikap pribadi saya mengenai masalah ini di blog saya. Karena saya sudah terbiasa dari kecil untuk buka-bukaan terbuka dalam mengekspresikan sesuatu yang menjadi sikap pribadi saya dengan pedenya tanpa keraguan sedikitpun walaupun mungkin terdengar agak menyakitkan bagi orang lain (walaupun pada kenyataannya sebenarnya tidak).

Lantas bagaimana sikap saya terhadap masalah ini? Saya bersikap tegas…. kalau saya TIDAK akan mengucapkan Selamat Natal dan sebagainya kepada rekan2 kristiani saya. Sebagai gantinya kalau mereka ‘kelupaan’ mengucapkan Merry Xmas atau Selamat Natal kepada saya, saya cukup mengatakan kembali “Happy Holiday” atau “Selamat Hari Libur” buat mereka. Sikap saya ini dilandaskan bukan karena saya mengerti agama, (oleh karena itu saya tidak akan mengungkapkan dalil2nya, selain karena saya tidak tahu :mrgreen: , saya rasa banyak yang lebih ahli mengetahui dalil2nya daripada saya sendiri), namun semata-mata karena justru saya tidak mengetahui soal agama! Jadi saya ambil ‘aman’nya saja. Logikanya simpel saja, logikanya orang ‘bodoh’,  jikalau memberi salam “Merry Xmas” itu tidak boleh maka saya ‘kan tidak berdosa karena saya tidak memberi salam “Merry Xmas” sedangkan andaikan mengucapkan “Merry Xmas” itu boleh, maka  saya juga tidak berdosa hanya karena gara2 tidak mengucapkan “Merry Xmas”, ya kan? 😛

Lantas apakah saya termasuk orang yang tidak ‘toleran’ hanya gara2 tidak mengucapkan “Merry Xmas”? Bisa jadi! Eits…. nanti dulu! Toleran apa tidak, tidak cukup diukur dengan memberikan salam “Merry Xmas” atau nggak. Belum tentu saya yang tidak mau mengucapkan “Merry Xmas” ini lebih tidak toleran dari mereka yang dengan gamblang mengucapkan “Merry Xmas”! Saya sendiri tidak masalah bergaul dan berteman dengan mereka yang tidak seagama dan melakukan aktivitas2 duniawi bersama2 dengan mereka.  Saya juga adalah orang yang menentang penutupan warung-warung makan dan restoran2 di bulan puasa karena jikalau kita berpuasa karena Allah kenapa kita musti tergoda hanya dengan warung atau restoran yang buka pada siang hari, lagian kalau makin banyak godaan tetapi puasa tetap khusyuk dan ikhlas bukannya makin banyak pahalanya?? Dan saya juga menyayangkan pemerintah yang hanya mengakui secara resmi lima atau enam agama saja di negeri ini! Bagi saya, seharusnya agama apapun harus bisa hidup di negeri ini termasuk juga ‘ajaran-ajaran sesat’ karena memang masalah agama adalah masalah pribadi dan tidak boleh ada paksaan sedikitpun. Kalau kita tidak suka dengan ajaran-ajaran sesat yang ada di sekitar kita, ya itu menjadi “kewajiban” kita untuk mengajak mereka dengan dakwah, persuasi atau kalau mungkin dengan debat, argumen2 dan pembuktian yang ‘cerdas’, bukan dengan kekerasan! ‘Kan kita punya tuh da’i-da’i selebritis yang katanya jago-jago yang suka tampil di TV dan yang berpoligami, lha kok kenapa da’wah di depan para penganut aliran sesat jadi loyo?? Abis sepertinya da’wah di depan mereka nggak ada duitnya dan nggak jadi terkenal seh! :mrgreen: Tapi dalam masalah mengucapkan “Merry Xmas” saya tetap pada pendirian saya, dan tidak akan berubah hanya karena ingin dibilang toleran dan modern! (Banyak cara kok untuk dibilang toleran dan modern! Lagian juga yang mengucapkan “Merry Xmas” belum tentu lebih modern dan toleran dari saya mereka yang tidak mengucapkan! 😛 ).

Lantas bagaimana kalau umat kristiani atau agama2 lainnya tidak mengucapkan Selamat Idul Fitri kepada saya? Ya, nggak apa2! Mau mengucapkan saya berterima kasih, mau nggak ya biarin aja! Emang gue pikirin! Lha, saya nggak butuh (eits! hati2 jangan ngomong ‘butuh’ lho di depan orang Malaysia! Bisa gawat! :mrgreen: ) ucapan selamat Idul Fitri dari mereka kok, dan tentu saja mereka juga nggak butuh ucapan ‘Merry Xmas’ dari saya juga, ya kan?? Lha wong mereka sudah dianugerahi ucapan ‘Merry Xmas’ dari rekan2 seiman mereka semua, ya apa artinya sih satu buah ucapan ‘Merry Xmas’ dari saya?? Lagian saya masih mengucapkan ‘Happy Holiday’ kok kepada mereka kalau mereka menyapa saya dengan ‘Merry Xmas’. Jangan dilihat ‘holiday’ atau ‘Xmas’-nya dong, lihat “Merry” dan “Happy”-nya, ‘kan hampir sama persis, ya nggak? :mrgreen: Malah kadang-kadang belakangnya saya kasih ‘s’ biar jadi plural, jadinya adalah “Happy Holidays”. Lebih praktis ‘kan daripada “Merry Xmas and a Happy New Year” Huehehehe… 😀 Lagipula, ucapan selamat “Happy Holiday” atau “Season’s Greetings” di negara2 barat juga sudah menjamur terutama untuk sapaan publik (terutama lagi di media massa). Di saluran2 televisi di TV kabel (atau juga TV satelit seperti Indovision atau Astro), yang saya perhatikan ucapan “Merry Xmas” hanya tinggal ada di “Hallmark Channel”, “RAI” Italia dan tentu saja TNT (Trinity Broadcasting Network). Sedangkan channel2 lain hampir semuanya mengucapkan “Happy Holiday” ataupun “Season’s Greetings” walaupun latar belakangnya bersuasana Natal. Bahkan TV Perancis TV5 Asie benar-benar sepi dengan acara berbau natal, hanya reportase2 tentang kesibukan di hari natal saja…..

Sayapun sebenarnya juga senang dengan beberapa lagu “Natal” yang modern, yang juga sering saya nyanyikan dengan bersenandung kecil, seperti lagunya “Last Christmas“nya dari Wham!

Last Christmas, I gave you my heart, but the very next day you gave it away, this year, to save me from tears, I’ll give it to someone special……

Lagunya menurut saya bagus kok, tetapi menurut saya itu bukan lagu natal, karena di dalam lagu itu tidak ada pujian2 kepada “Yesus Kristus”, yang ada hanyalah lirik tentang seseorang yang dikecewakan dengan cinta dengan latar belakang hari Natal! Itu saja! Persis kebanyakan ‘lagu natal’ modern versi barat yang sangat “duniawi” yang menganggap hari Natal hanyalah hari libur saja untuk bersenang2, tidak lebih tidak kurang. Jadi boleh nggak ya, saya menyanyikan lagu itu?? :mrgreen:

Ok, sebagai penutup, saya akan memberikan kesimpulan dari postingan ini. Jadi menurut saya toleransi dalam beragama tentu sangatlah penting. Tetapi tentu saja toleransi dalam arti luas. Kita harus toleran dalam beragama dan tidaklah benar untuk memaksakan sebuah kepercayaan kepada seseorang apalagi dengan kekerasan! Namun di satu fihak tentu kita juga harus toleran juga terhadap saya mereka yang tidak mau mengucapkan “Merry Xmas” kepada rekan kristiani mereka. Saya sendiri tidak berani mengatakan bahwa ‘yang mengucapkan “Merry Xmas” itu’ berdosa atau mengucapkan “Merry Xmas” itu tidak boleh dalam Islam, karena yang menentukan apakah seseorang berdosa atau tidak hanyalah Allah swt, namun seperti yang saya ungkapkan di atas bahwa saya cari “aman”nya saja, simpel ‘kan? Huehehehe….. 😀 Perbedaan adalah berkah, saya sangat mempercayai itu, baik perbedaan dalam keyakinan ataupun pendapat semuanya adalah berkah dan Allah menciptakan dan membiarkan perbedaan-perbedaan tersebut yang akan terus ada hingga akhir zaman. Dan jembatan untuk perbedaan-perbedaan itu tentu adalah ‘toleransi’ namun tentu toleransi harus dilihat dari banyak sudut dan bukan hanya dilihat dari satu sudut sempit saja……..

Ok, Happy Holidays and see you again in 2008! Insha Allah!

17 responses to “Merry Xmas?? Happy Holiday??

  1. Level toleransi bang Yari adalah hak bang Yari sendiri, IMHO… Sy pikir hubungan antara orang2 yg berbeda iman gak seharusnya rusak cm karena masalah ucapan. Hari raya itu bermakna bukan karena banyak ucapan kan? 😉

    Pada akhirnya, selamat akhir tahun, bang, dan tentu saja selamat tahun baru 08. Ktemu lg di tahun berikut… 🙂

  2. waduh, jadi merasa kesindir, hehehehe 😆 tapi nggak kok. saya sangat menghargai perbedaan pendapat, termasuk sikap bung yari dalam hal mengucapkan selamat natal kepada temen kristiani. kalo saya sih sebenranya bukan persoalan agama yang ingin saya kedepankan, tetapi lebih pada sikap saya dalam masalah sosial dan pergaulan hidup di negeri kita yang multikultur dan multiagama. sepanjang tidak menyangkut masalah ritual dan hanya berkaitan dengan kultural, saya kira kok nggak masalah, seperti halnya ketika saya mendapatkan ucapan hari raya idul fitri dari temen2 nonislam. memberikan ucapan selamat natal itu kayaknya kok masalah kultural, bukan ritual. maaf,yak, bung yari, kalo dalam hal ini saya berbeda pendapat, hehehehe 😆

  3. Saya juga tidak “mengucapkan” apa-apa… 😀

    Yang tidak “mengucapkan” bukan berarti tidak toleran. Dan yang “mengucapkan” belum tentu toleran. 😀

  4. Saya hanya ingin mengucapkan “Indah sekali blog ini, banyak salju-salju yang berterbangan. Terasa sejuk memandangnya. Happy New Years 2008. Sukses selalu.”

  5. Btw, saljunya makin di lihat kok makin mirip meteor ya, he he he.

  6. Sebagai golongan yang disebut kristiani, tadinya aku bilang sependapat dengan pak Sawali. Tapi kupikir lagi, sikap pak sawali dan argumennya sudah kuat banget, gak perlu dukungan.

    Karena itu dukungan kualihkan ke Mas Yari, yang mungkin lebih perlu didukung karena sikap “demokratisnya” bisa saja dianggap defensif atau resistan. Aku dukung mas Yari untuk tidk mengucapkan Selamat Natal, karena mau ngucapin atau tidak itu hak asasi.

    Terima Kasih

  7. saya sependapat bapak tentang ucapan selamat itu, prespektif lain yang dikemukakan mblegedez.
    tapi bagi yang blum setuju itu adalah aliran sesat, bagi saya namanya juga sesat kalo dalam satu agama yang tentu merusak akidah. Kalo berbeda agama yanh mahfum, tapi kalo mengaku agama sama, tapi kontent berbeda yah namanya sesat pak.
    Happy holidays pak yah 🙂

  8. @jensen99

    Betul…. masing2 mempunyai level toleransi tersendiri, tetapi yang jelas level toleransi saya belum tentu lebih jelek daripada mereka yang mengucapkan “Merry Xmas” kan? 😉

    Hubungan antara umat2 beriman tentu tidak akan rusak hanya gara2 salam, tetapi yang merusak adalah (menurut saya) tingkat fanatisme yang berlebihan, sifat toleransi yang kurang, dan tentu saja kemunafikan (di mulut manis, tetapi di hati dan kelakuan berbeda), bukan begitu? 😉

    Selamat Tahun Baru dan (Tahun Lama juga). 😉

    @Sawali Tuhusetya

    Waduh, maaf pak Sawali, ini bukan mau menyindir Pak Sawali, bukan. :mrgreen: Sebenarnya topik ini mau saya rilis tanggal 24 Desember lalu, tetapi karena pada tanggal 24 dan 27 saya mau menulis tentang sesuatu di buku yang dihadiahkan rekan blogger kita kepada saya, maka topik ini baru saya rilis kemarin (30 Des).

    Kalau menurut saya sendiri, saya tidak tahu apakah ‘ucapan selamat’ ini adalah masalah kultural atau ritual karena memang jikalau jujur saya selalu mendapatkan informasi yang simpang siur, namun karena saya orang yang mengolah informasi dari berbagai sumber, maka seperti yang saya sebutkan di atas, maka saya cari “aman”-nya saja. Jadi landasan itulah yang menyebabkan saya tidak mengucapkan “Merry Xmas” 😀 . Jadi maaf ya Pak Sawali bukan maksud hati menyindir pak Sawali lho. 😆

    @mathematicse

    Betul sekali kang Jupri, tingkat toleransi bukan hanya diukur dari mengucapkan “Merry Xmas” atau nggak. Di sebuah blog ada artikel yang “mengamini” Merry Xmas hanya karena SMS (padahal saya dpt salam Merry Xmas bukan hanya lewat SMS!!) tetapi pada waktu Ramadhan kemarin di blognya, dia ikut “mengolok2” tuhan yang 3 dalam reply komennya, yang dibilang tuhan yang menang pingsut lah, menyindir mentuhankan utusan Tuhan lah, dsb. Sungguh nggak konsisten, kalau saya meskipun tidak mengucapkan “Merry Xmas” tapi saya juga tidak mengolok2 atau menyindir apa yang mereka sembah.

    Yah begitulah silahkan menilai sendiri! :mrgreen:

    @Hanna

    Aturan mbak salamnya yang tepat “Happy 2008” bukan “Happy New Year 2008” soalnya mosok Happy-nya cuma pada saat New Year aja, selanjutnya sepanjang 2008 nggak mengharapkan “Happy” lagi, bukan begitu mbak? Hehehehe….. 😀

    Ya terima kasih mbak, ini saljunya hanya sampai 2 Januari saja. Mbak Hanna nggak ikut masang ‘salju’ di blognya? 😀 Yeee…. moso seperti meteor mbak? Meteor kan ada ekor dan apinya? :mrgreen:

    @tobadreams

    Yeee…. bang Toba, ini bukan masalah dukung mendukung. Tetapi ini masalah ‘prinsip’ mengenai apa yang kita percayai. 😀 Tapi walaupun bagaimanapun juga terims deh atas dukungannya ya. Tetapi walaupun tidak ada yg mendukung, kita seyogianya tetap kokoh pada pendirian kita, pada apa yang kita yakini benar, jangan cepat berubah hanya karena ingin mengikuti arus yang lebih deras alias jangan pelin-pelan. Bukankah begitu? 🙂

    @aRuL

    Mengenai agama sesat, secara konten, sebagai seorang Muslim tentu saya juga tidak setuju, tetapi pertanyaannya adalah: Apakah harus pakai kekerasan?? Nah, maksud saya “boleh hidup” di sini adalah “kita tidak boleh memakai paksaan apalagi pakai kekerasan”, apakah Islam mengajarkan kekerasan untuk mengajak kembali mereka ke jalan yang benar?? Bagaimana kalau mereka kembali ke jalan yang benar bukan karena hati mereka namun karena ketakutan?? Bagaimana kalau dalam hati mereka tetap berpegang pada ajaran sesat?? Tentu akhirnya toh juga kembali pada “Itu urusan mereka dengan Allah swt”, akhirnya sama saja ‘kan?? Kalau iman kita kuat dan akal kita jalan tentu kita tidak mudah terpengaruh, nah itulah justru yang harus kita dengung2kan pada ummat bahwa ajaran A sesat, ajaran B sesat, dsb. Tetapi jangan dengan paksaan apalagi kekerasan.

    Tentang merusak akidah, tentu bukan “agama yang sama” dan konten yang berbeda saja yang merusak, tetapi “agama yang lain” pun juga tak kalah “merusak”, memang ada penelitian yang mengatakan “agama yang sama dengan konten berbeda” lebih merusak daripada “agama yang lain/berbeda”?? :mrgreen:

    Oooo iya…. sebagai renungan untuk aRuL, coba deh difikirkan lagi, definisi “sesat” itu bagaimana?? Apakah salah sedikit sudah termasuk “sesat”? Apakah salah yang banyak saja yang termasuk “sesat”? Batasnya apa? Jikalau aRuL setuju tentang pandangan saya mengenai ucapan “Merry Xmas”, apakah mereka, umat Muslim yang mengucapkan “Merry Xmas” sudah termasuk sesat? 😀

    Ok akhirul kata, happy holidays to you too 🙂

  9. Halah.. ucapan aja kok dipermasalahkan.

    Tapi sy ttp mau ngucapin Selamat Tahun Baru 2008
    Semoga semua yg baik baik aja……

    *hmmmm maslah ga ya?*

  10. iya ya, kok hanya ucapan kepada orang non muslim gitu masih pro kontra..
    kalo ita sih, nyante2 aja coz gak ucapin tmn2 yg non muslim udah pada ngerti 😀 yang jelas, walo tidak mengucapkan “Merry Xmas” jangan sampe mutuskan silaturahmi dgn teman non muslim… 😀

  11. Dengan ucapan dan semangat yang sama. Sepuluh hari ke depan kita akan merayakan Tahun Baru 1429 Hijriah. Salam.

    Saljunya yang menghujam blog ini, wahai Saudaraku
    jatuhan perih mencibir panasnya Negeri Tercinta
    ketika cinta semakin menghujam Tanah Persada
    dongeng Puti Salju mencibir rasa

    Biarlah Tanah Mutu Manikam ini
    menjadi bara yang takkan pernah kubiarkan
    dalam benci tak berkesudahan tentang balada negeri seberang
    titipan Allah SWT
    teruntuk ummatya

    Aku tertegun disapa salju membara
    mngantar tanya ke relung jiwa
    torang semua bersaudara

    Banjarbaru 31 Desember 2007

  12. saya tidak ngucapin apa2 lantaran saya lupa… dan saya merasa tidak ada suatu konsekuensi berat yang saya tanggung gara2 ‘lupa’. setiap keyakinan punya normanya sendiri-sendiri.. saya kira begitu…

  13. Karena natal sudah lewat, melewati banyak tulisan di sini, saya ingin mengucapkan selamat tahun baru saja deh. Nah kalau ini boleh gak yaa pak Yari? ini belum dibahas.

    Toleransi yang pak Yari sampaikan adalah bentuk dari toleransi yang banyak berkembang dalam masalahucapan natal itu. Barangkali tahun depan ada lagi model2 baru… bentuk dari toleransi kepada umat lain…. 🙂

    Adakah keinginan merubah warna hitam ke warna lain pak ? sekedar memberitahu kalau yang lain ganti2 theme. dan kebetulan juga monitor saya tidak bisa terang sehingga jarang masuk kemari… 🙂

    *ah alasan* ehehheheh

  14. Salam yang bener itu PERTAMAX! Kepada siapa saja!

  15. kang YariNK; saya pernah membaca satu artikel (lupa pengarangnya) yang intinya bagaimana hukum menyampaikan ucapan selamat natal…..disitu diungkapkan ada tiga pendapat para ulama yakni yang mengharamkan, yang tidak mengharamkan, dan yang moderat….. terlihat bahwa akhli agama islam saja begitu berbeda pendapat….lalu di dalam artikel itu pula diberikan jalan keluarnya yakni pentingnya ijtihad….nah saya mah kembalikan saja semuanya pada niat dan nurani kita masing-masing apakah akan mengucapkan atau tidak…presiden Palestina dan para pejabat tingginya termasuk alm yaser arafat bahkan secara rutin hadir dalam misa natal di yerussalem…allah lah yang maha tahu….selamat datangnya tahun baru….semoga selalu semakin baru….

  16. @pr4s

    Yeee…. bukan begitu mas pr4s, ini masalah prinsip yg kita percayai bukan masalah mempersoalkan salam 😛 . Lagian ini ‘kan juga blog gue, terserah dong gue mau nulis apa juga, wong gue yang punya blog kok. Hehehehe… :mrgreen: Btw thanks ya, dan selamat memasuki tahun 2008 juga. 😀

    @eNPe

    Ya betul, tentu saja dong jangan sampai kita memutuskan tali silaturahim dengan mereka yang non-muslim. Teman2 saya yang non-muslim juga sudah mengerti kok dan mereka juga sudah mengerti bahwa ‘pengertian’ terhadap orang2 (kaum Muslimin) yang tidak mau mengucapkan salam Natal juga termasuk bagian dari toleransi, jadi toleransi bukan hanya searah saja, bukan begitu? 🙂

    @Ersis WA

    Sebuah analogi yang indah, Pak Ersis, yang menggambarkan keadaan negeri ini, yang diungkapkan dalam sebuah puisi yang mungkin juga diilhami dari penampilan blog ini yang bersalju. Bukankah begitu? 😀

    Memang Pak Ersis kita semua bersaudara, tetapi bersaudara tidak harus menyeragamkan suara seperti zaman orde baru dulu kan, pak? Betul nggak? 😀

    @andex

    Jadi kesimpulannya kelupaan yang seperti itu termasuk “menguntungkan” ya? Huehehehe…. :mrgreen: Memang betul setiap agama punya norma2 sendiri2 yang harus dihormati, itu adalah salah satu bentuk toleransi. 🙂

    @Kurt

    Mas Kurt, setahu saya ada juga yang mempermasalahkan “Selamat Tahun Baru (Masehi)” juga, tapi intensitasnya tidak terlalu tinggi. Itu mungkin karena zaman baheula pisan, waktu orang Eropa masih agak religius, mereka banyak yang merayakannya di gereja2 dan berdoa. Nah, mungkin itu penyebabnya. Kalau saya pribadi sih, masalah ucapan tahun baru ya tidak masalah karena ucapan ini sekarang sudah tidak ada nilai2 keagamaannya (kristiani) lagi. Tetapi saya kok lebih senang mengucapkan Happy 2008 daripada mengucapkan Happy New Year, soalnya moso mengharapkan happy di saat new year aja seh, nanti kalau udah nggak new year udah nggak happy lagi dong! Kalau Happy 2008 kan berarti sepanjang tahun kita mengharapkan happy terus! Bukankah begitu?? **halaah*** :mrgreen:

    Mengenai theme sepertinya dalam waktu dekat ini nggak akan ganti dulu, saya juga pernah memperhatikan di beberapa monitor, memang tulisan putih saya jaditidak terlalu jelas, entah kenapa, namun itu semua hanya terjadi di monitor2 jadul (jaman dulu), mungkin monitornya mas Kurt udah jabhi (jaman bhien) atau jadul kali?? Huehehehe…. Ganti monitor dong mas, kalau perlu sama yang LCD! 😀

    @black_claw

    Tapi sampeyan sudah mempraktekannya belum??? Hayooo?? Coba deh sampeyan praktekin dulu, kalau ada yang nyapa “Selamat Tahun Baru” lantas sampeyan bales “Pertamaxxxxx!!!”, wah pasti disangka lari dari Rumah Sakit Jiwa seru dan lucu deh! :mrgreen:

    @sjafri mangkuprawira

    Justru itu prof yang membuat saya bingung, banyak perbedaan pendapat bahkan juga ada yang mengatakan walau niatnya juga baik tetapi tetap saja tak boleh dilakukan (memberi salam natal), jadi ya saya cari amannya saja. 🙂 Namun yang lebih penting bagi saya adalah tentu saja saya tidak memutuskan tali silaturahim dengan mereka yg non-Muslim karena kehidupan tentu bukan hanya memberikan salam di hari2 raya keagamaan saja.

    Ya, prof, saya juga mengetahui bahwa yasser arafat (alm.) rutin menghadiri misa natal, namun walaupun beliau orang arab (timur tengah), dan agamanya mungkin lebih ‘kuat’ daripada kita, bukan berarti beliau dapat 100% menjadi panutan, bukan begitu prof? 🙂

  17. rasanya basi kalau saya ikut komentar soal “salam”,
    saya hanya ingin komentar soal salju – beberapa kali saya lihat feature semacam ini di blog teman, tapi baru sekarang menyadari kalau ini maksudnya salju, … ternyata lucu juga :D:
    *harap maklum, blom pernah liat hujan salju yang sesungguhnya* 😛

    ________________________________________________________

    Yari NK replies:

    Ngga geto-geto amat sih mbak! :mrgreen: Banyak kok yang meskipun belum pernah lihat saju beneran tapinya tahu apa yang turun putih2 di beberapa blog itu ceritanya salju! Huehehehe…. 😛

Tinggalkan Balasan ke jensen99 Batalkan balasan