Ekonomi Pasar Lawan Ekonomi Terpusat

Tanggal 1 Mei yang lalu, seluruh dunia memperingati hari buruh. Seperti biasa dan sudah menjadi pandangan umum setiap tahun bahwa hari buruh selalu diwarnai dengan demonstrasi para buruh menuntut dilindunginya ‘hak2’ buruh. Seperti biasa setiap demonstrasi para buruh tersebut aroma kebencian terhadap kapitalisme sangat tercium di kalangan kaum buruh tersebut dan juga di kalangan pendukung kaum buruh.  Aroma kebencian tersebut diperkuat lagi oleh bumbu2 agama politik yang sebenarnya tidak ada hubungannya atau sedikit hubungannya dengan sistem perekonomian yang disebut kapitalisme tersebut. Bagi mereka yang merasa inferior membenci Amerika Serikat dan sekutu2nya kemungkinan besar mereka juga akan membenci kapitalisme. Namun ada juga yang membenci kapitalisme dengan dalih bahwa dalam kapitalisme yang kuat selalu menindas yang lemah. Terlepas dari alasan2 tersebut mari kita tengok sejenak secara singkat apa kapitalisme itu.

Lantas apa sih kapitalisme itu? Kapitalisme adalah sebuah sistem perekonomian yang dalam bahasa modernnya kini disebut sistem Ekonomi Pasar (market economy) yang pada dasarnya adalah sebuah bentuk perekonomian di mana perusahaan2 swasta dan juga peroranganlah yang paling banyak memegang kendali keputusan atas produksi dan konsumsi. Produksi dibuat untuk menghasilkan profit setinggi2nya dengan biaya serendah2nya. Konsumsipun ditentukan oleh selera dan keputusan individual. Di dalam sistem perekonomian ini, individu dan juga kelompok individu non-pemerintah diizinkan untuk memiliki modal seperti: modal uang, buruh, tanah dan sebagainya. Investasi, distribusi, harga barang dan jasa semuanya diatur dan ditentukan oleh mekanisme pasar.  Peranan pemerintah di sini relatif kecil di dalam sistem perekonomian ini. Contoh bentuk ekonomi pasar yang paling ekstrim adalah yang disebut dengan ekonomi laissez-faire, di mana pemerintah sama sekali tidak punya peran dalam perekonomian!

Lawan daripada sistem ekonomi pasar ini adalah sistem Ekonomi Terpusat (centralised economy) atau Ekonomi Terpimpin (command economy). Ekonomi Terpusat/Terpimpin ini erat hubungannya dengan sosialisme (yang kerapkali dielu2kan oleh para buruh) walaupun ada sedikit perbedaan secara definitif antara ekonomi terpusat dan ekonomi sosialisme. Di dalam perekonomian ini, pemerintah memiliki semua alat2 produksi dan sumberdaya mulai dari modal hingga tanah dan tenaga kerja, dan juga pemerintah mengatur jalannya operasi perusahaan2 di semua jenis industri. Bukan itu saja, pemerintah juga menentukan jenis2 output apa saja yang harus dihasilkan, berapa besarnya output, berapa harganya dan juga pendistribusian output2 tersebut di tengah masyarakat. Pendek kata di dalam perekonomian terpimpin yang paling ekstrim, individu dan swasta tidak diizinkan sama sekali menjalankan perusahaan! Perusahaan hanya berhak dijalankan oleh pemerintah! Bahkan tukang buahpun mungkin tidak boleh menikmati hasil jualan buahnya (karena pohon dan buahnya adalah milik negara!!), karena itu hasil penjualan buahnya harus diserahkan kepada negara dan sebagai gantinya si tukang buah akan mendapat gaji atau upah dari negara mirip pekerja atau buruh!! Di perekonomian seperti ini semua orang hanya boleh menjadi kuli buruh atau pekerja saja!

Amerika Serikat, negara2 Eropa, Jepang, Korea Selatan, Australia dan banyak negara2 maju lainnya sangat dekat dengan Ekonomi Pasar. Sedangkan Korea Utara, Kuba, Myanmar, bekas Uni Soviet waktu dulu beserta mantan sekutu2nya di Eropa Timur sangat dekat dengan ekonomi terpusat. Namun pada kenyataannya, perekonomian modern, baik itu yang dianut oleh Amerika Serikat dan sekutu2nya, maupun oleh bekas Uni Soviet zaman dulu dan sekutu2nya, tidak ada yang murni 100% menjalankan Ekonomi Pasar ataupun Ekonomi Terpusat. Mereka semua menjalankan perekonomian campuran (mixed economy). Namun tentu saja masing2 bobot perekonomiannya berbeda. AS dan sekutu2nya bobot ekonomi pasarnya tentu jauh lebih berat ketimbang praktek perekonomian terpusatnya sebaliknya bekas Uni Soviet dan sekutu2nya jauh lebih berat praktek ekonomi terpusatnya daripada praktek ekonomi pasarnya. Amerika Serikat misalnya pemerintahnya masih campur tangan dalam pembuatan hukum dan kebijakan2/regulasi2 perekonomian. Pemerintah juga menyelenggarakan sekolah dan jasa kepolisian, atau pemerintah memonopoli produk2 berteknologi yang sangat canggih terutama untuk persenjataan mutakhir. Di sini kita melihat bahwa Amerika Serikat juga tidak murni mengadopsi sistem ekonomi pasar. Begitu pula dengan bekas Uni Soviet zaman dulu yang mengadopsi sistem ekonomi terpusat di mana toh bisnis berskala kecil masih banyak dipegang oleh perorangan.

Jadi bagi mereka yang selalu menyalahkan dan membenci “kapitalisme” karena secara politis membenci AS dan sekutu2nya sepertinya sedikit salah kaprah. AS mungkin adalah kapitalis, namun kapitalisme belum tentu AS. Praktek kapitalisme sendiri mungkin jauh lebih tua dibandingkan negara paman Sam tersebut walaupun istilah kapitalisme sendiri baru mendapatkan momentumnya di abad ke-19 lalu ketika terjadi revolusi industri di Inggris. Andaikata anda bekerja pada sebuah perusahaan swasta ataupun anda kini enjoy menjalankan sebuah bisnis maka secara tak langsung andapun tengah menikmati sistem kapitalisme itu! Jadi apakah kapitalisme yang  berorientasi pada pasar bebas itu adalah sistem yang sempurna? Tidak juga! Tentu saja tidak ada gading yang tidak retak. Mungkin “kelemahan” yang paling terasa dari sistem ini adalah jurang yang menganga antara si kaya dan si miskin, antara pengusaha dan kaum buruh. Si miskin tidak bertambah miskin, namun kenaikan kesejahteraannya jauh lebih lambat dibandingkan dengan si kaya. Di negara2 yang menganut ekonomi terpusat kekayaan jauh lebih merata, tentu saja, karena di negara2 tersebut hampir semuanya buruh dan pekerja. Namun pada kenyataannya banyak si miskin di negara kapitalis bisa hidup lebih nyaman atau makmur ketimbang si kaya (yang sebenarnya nggak begitu kaya dari kacamata kapitalisme) di negeri sosialis atau negeri dengan ekonomi terpusat.

Bagaimana sekarang dengan sistem perekonomian Islam?? Jikalau mau jujur sebenarnya Islam tidak melarang praktek2 kapitalisme kecuali tentu saja yang berkenaan dengan riba atau bunga. Walaupun pada kenyataannya masih banyak yang bingung mengenai riba ini sebab (bahkan di kalangan orang Islam sendiri) apapun namanya, apakah itu bagi hasil dan sebagainya tetap saja itu adalah sebuah mark-up dan tidak ada bedanya dengan bunga hanya labelnya saja yang diganti. Apakah ada yang dapat menjelaskan lebih spesifik tentang riba ini secara definitif??

Namun, terlepas dari masalah riba ini, Islam sendiri sebenarnya tidak melarang kapitalisme. Islam sendiri juga mengakui kepemilikan modal secara personal yang menandakan Islam pada dasarnya memperbolehkan kapitalisme bahkan banyak dipercaya justru Islam yang memperkenalkan kapitalisme pada barat bukan sebaliknya! Praktek-praktek pemisahan antara perusahaan dan negara yang menjadi ciri khas kapitalisme telah lama ada dalam dunia Islam yang akhirnya diperkenalkan kepada dunia barat. Juga praktek-praktek perekonomian modern yang kita kenal saat ini dan juga instrumen2nya seperti perusahaan persekutuan (partnership), sistem pinjaman (loan), deposito, cek dan masih banyak yang lainnya sebenarnya telah lama dikenal di dunia Islam jauh sebelum dikenal di dunia barat. Untuk lebih lengkapnya silahkan lihat di sini. Jadi bagi mereka yang “membenci” kapitalisme yang menganggap biang kerok kerusakan perekonomian di negeri ini hanya karena membenci politik luar negeri AS dan sekutu2nya sebaiknya bisa melihat segala hal dengan lebih obyektif dan lebih bijaksana lagi…….

28 responses to “Ekonomi Pasar Lawan Ekonomi Terpusat

  1. kapitalisme akan mampu memberikan kemaslahatan umat apabila dikendalikan oleh orang2 yang jujur dan amanah. kapitalisme bisa menjadi “bromocorah” di bidang ekonomi jika mentalitas korup dan hedonis menghinggapo para pelaku pasar itu. di era sekarang, kapitalisme tampaknya sudah merambah ke berbagai sektor kehidupan. yang lebih parah, agama yang seharusnya menjadi pedoman perilaku hidup, konon juga sudah ditaburi “virus” kapitalisme. mengajak seseorang utk pindah agama lewat suap, supermi, atau sembako, saya kira ini juga termasuk salah satu benih kapitalisme yang dikendalikan oleh sebuah kekuatan megalomaniac yang ingin menyebarkan paham tertentu lewat agama itu. nggak tahulah, bung yari!

    ________________________________________________

    Yari NK replies:

    Sebenarnya secara ilmu ekonomi, kapitalisme tidak ada hubungannya dengan hedonisme ataupun “penyogokan” lewat supermi atau sembako faham2/ajaran2 tertentu apalagi korupsi. Itu hanyalah mental yang korup dari oknum2 tertentu, dan oknum2 tersebut tentu saja tidak ada hubungannya dengan kapitalisme karena praktek2 seperti itu bisa saja terjadi di tengah sistem yang sosialispun. Bahkan mental2 korup justru lebih banyak dulu di negara2 sosialis dan di dunia ketiga dibandingkan di negara2 maju yang kapitalis. Memang hedonisme seringkali disalahkaprahkan dengan kapitalisme karena erat hubungannya dengan “penumpukan” materi pada seorang individu, tapi itu sebenarnya yang salah adalah mental orang tersebut dan bukan kapitalismenya. Orang yang bermental korup akan tetap cenderung korup di manapun ia berada.

  2. Ya kapitalisme semacam pahan yang bertumpu kepada kapital. “Dibalik’ kapital ada ‘manusia’, si pengendali. Si pengendali itulah yang menentukan hitam-putihnya.

  3. postingan mantep
    secara daku tuh alumni FE

    salut buat dikau!

    Coba yuk ekonomi syariah! 🙂

  4. Menurutku dlm perekonomian shariah jg banyak terkandung praktek2 ekonomi kapitalisme hanya saja ada beberapa prakteknya juga yg disesuaikan menurut hukum islam. Itu saja.

  5. semuanya tergantung sudut pandang kita kan om…
    yg paling bagus kan dari sisi positif…
    sokbijak.com

  6. ================
    ================
    NOW AVAILABLE CHRISTIANITY MADE IN MALAYSIA!!!
    ================
    ================
    EVERY CHRISTIAN NOW MUST LEARN ARABIC. THE FIRST LESSON IS SAY “ALLAH” AND NOT “GOD”.
    This is because English language not suitable anymore because the original Bible is in Arabic.

    Get the full story here: http://ckasih.blogspot.com

  7. Bagus kang…
    Menurut saya seharusnya antara pemerintah, pengusaha, buruh (pekerja) harus nya mempunyai pemahaman sama. Buruh tak bisa menuntut terus, kalau memang perusahaan tak berkembang….menurut saya buruh juga harus memutukan dirinya sendiri (postingan pak Syafri)…..karena sebetulnya saat ini masing-masing perusahaan mempunyai SP, dan ada PKB (Perjanjian Kerja bersama) antara Pengusaha dan pekerja.

    Menjadi pengusaha juga posisinya sulit, yang dulunya BOPO (Biaya Operasional/Pendapatan Operasional cuma 70 persen, sekarang menjadi 95 persen)…lha kalau seperti ini darimana mau meningkatkan gaji. Setidaknya pimpinan SP dan Manajemen serta pemilik perusahaan duduk bersama, dan ketua SP harusnya orang yang memahami ekonomi, sehingga tak asal salah menyalahkan, yang akhirnya berakibat tutupnya usaha…dan menambah pengangguran.
    (Saya melihat sendiri, beberapa perusahaan tutup hanya gara-gara ini, padahal kerugian pada semuanya, buruh dan pengusaha…sedih banget deh rasanya)

    Kembali pada ekonomi pasar atau terpusat, kondisi Indonesia sudah terlanjur memilih ekonomi pasar, dan globalisasi saat ini mau tak mau, semua harus meningkatkan kualitas…menurut saya, apapun jenis ekonomi yang dipilih, yang penting adalah meningkatkan mutu SDM…kualitas baik, jujur dan punya visi kedepan untuk membuat bangsa ini makin maju.

    …maaf ko jadi panjang banget….

  8. saya sedikit nyesel lantaran BISA-BISANYA kelupaan hari buruh. sejujurnya, saya mendukung aksi buruh yg memperjuangkan hak2nya sebagai ‘manusia yang bekerja mencari nafkah’, bukan memperjuangkan haknya sebagai ‘buruh’!
    Adapun kebijakan pemerintah dengan sistem kontrak bisa dibilang menyudutkan ‘buruh’, termasuk saya yang bekerja tanpa kepastian.
    Karena itu, saya turut mendukung 120% para ‘buruh’ yg memperjuangkan hak-nya sebagai sesama manusia yang mencari nafkah dan penghidupan… HAIL LABOR!!!!!

    btw, jadi kepikiran lg nih sisa kontrak yg cuman tinggal 2 bulan lagi… (~_~!)…

  9. @Ersis Warmansyah Abbas

    Betul sekali Pak Ersis, “dalang”nyalah yang menentukan bagaimana cerita kapitalisme itu selanjutnya…..

    @achoey sang khilaf

    sama sekali tidak ada salahnya menjalankan sistem perekonomian syariah, yang notabene di dalamnya juga ada unsur kapitalisme… Justru sebagai umat Muslim kita wajib sebenarnya menjalankan ekonomi syariah

    @AgusBin

    Betul 200% Bin! 😀

    @hanggadamai

    Selain itu juga menimbangkan mana yang lebih banyak, sisi positif atau sisi negatifnya….

    **sok bijak MODE on** continues… :mrgreen:

    @ckasih

    Good grief….!! What was that….?? 😆

    @edratna

    Betul bu…..!! Tapi itulah sifat alamiah hubungan antara SP dan pengusaha atau manajemen, hubungannya pada dasarnya selalu diselimuti oleh rasa “saling curiga” dan berprasangka buruk. SP seolah2 tidak mempercayai apa yang dikatakan oleh laporan keuangan perusahaan, sebaliknya secara alamiahpun perusahaan selalu menerapkan prinsip ekonomi, mencari untung sebesar2nya dengan biaya sekecil2nya.Sehingga solusi seringkali sulit ditemukan seperti dua orang yang tengah berdebat yang masing2 mempunyai referensi yang berbeda.

    Mungkin jalan terbaiknya adalah (walaupun belum tentu memuaskan kedua belah fihak) masing2 fihak harus berfikir secara lebih luas. Buruh misalnya tidak perlu menuntut yang terlalu berlebihan, apalagi jikalau upahnya sudah di atas UMR, andaikan ia mau menuntut yang lebih, ia sendiri dulu harus memperbaiki kualitas pada dirinya sehingga ia sendiri mempunyai bargaining power yang lebih. Sebaliknya perusahaan atau manajemen juga mau sedikit berkorban terutama pada saat terjadinya krisis keuangan di perusahaan, jangan beban krisis keuangan semuanya dibebankan kepada buruh. Di Jepang misalnya, waktu krismon lalu, banyak manajemen yang juga berkorban dengan memotong gajinya sendiri, sehingga beban krisis dirasakan bersama tidak hanya buruh yang dkorbankan sehingga sedikit banyak tercipta rasa kebersamaan dan rasa nyaman. Yah, mudah2an dengan begitu friksi2 dan juga rasa kecurigaan antara perusahaan/manajemen dan buruh dapat dikurangi…

    @khofia

    Wah…. habis sibuk merakit Gundam melulu sih….. jadinya kelupaan tuh… nah lain kali jangan lupa apalagi mengingat kontrak yang tinggal 2 bulan….. :mrgreen:

    Tapi tiap masalah pasti ada jalan keluarnya…… kalau anda adalah tenaga kerja yang berkualitas wahid…. saya yakin anda tidak akan sulit untuk mencari satu boks Gundam sesuap nasi! 😀

  10. GREAT POST !

    Sekedar melengkapi, jika berbicara ekonomi, maka kita dihadapkan setidaknya kepada 3 hal, yaitu (1) ilmu ekonomi / sistem ekonomi, (2) politik ekonomi, serta (3) perilaku ekonomi.

    Jika kita berbicara mengenai kapitalisme, berarti kita berbicara point yang pertama, yaitu kapitalisme sebagai sistem. Tetapi berikutnya kita dihadapkan kepada politik ekonomi dan perilaku ekonomi.

    Politik ekonomi membahas bagaimana pemerintah melakukan kebijakan ekonomi dengan pemilihan sektor, wilayah, pasar, aktor, sumber pendanaan, dsb. Sedangkan pada perilaku ekonomi, kita membahas bagaimana perilaku manusia dalam ber-ekonomi.

    Nah, menurut saya sih Kang, distorsi untuk kapitalisme itu memang lebih banyak pada politik ekonomi dan perilaku ekonomi …

    Salam ..

  11. Oh ya, tambahan Kang Yari … nanti sistem ekonomi syariah pun akan bersentuhan dengan politik ekonomi dan perilaku ekonomi … Nah, kita akan lihat berbagai case nantinya, bagaimana politik ekonomi syariah dan perilaku ekonominya …

    Salam Kang …

  12. saya sih pro syariah Pak, kalo masalah ekonomi secara mendalam saya kurang ngerti, soalnya saya anak IPA :mrgreen:
    tapi kapitalisme menurut saya memang membuat orang kecil terseok-seok dalam menjalani hidup.
    oh ya saya udah posting tulisan baru tuh Pak 🙂

  13. ekonomi syariah secara konsep bagus…tapi dalam penerapannya banyak kurangnya juga. saya jadi suka mikir, mendingan ekonomi konvensional deh… 😦

  14. Siapakah yang bisa melepaskan diri dari kapitalisme? Negara yang tumbuh dan berkembang, apalagi beranjak dari kemiskinan, atau bahkan sudah besar tidak bisa menghindari sistem kapitalisme yang ada. Ketergantungan dan saling membutuhkan terhadap negara-negara lain menjadi ketakberdayaan kita untuk tidak bisa menolak kehadirannya. Jika zaman Soekarno kita pernah anti China dan China sendiri pernah menutup dirinya, pada akhirnya tetap saling membuka dan mempengaruhi.

    Sejatinya kapitalisme, apap pun bentuknya, ekonomi pasar atau pun terpusat, mampu memberi kontribusi banyak bagi kepentingan bangsa dan negara. Hanya mental sumber daya manusia bangsa inilah yang seharusnya tidak menjadi ikut kapitalis. Rasa nasionalisme Pancasila hendaklah tetap menjadi jiwa, sekali pun tangan dan kaki bermain kapitalis.

    (Sekali-sekali ngomongin ekonomi makro semacam ini asyik juga.
    Ayo, angkat masalah apa lagi yang bisa bikin mata melek dan otak berserak?}

    Tabik!

  15. @Riri Satria

    Terima kasih bang Riri…. sudah memperkaya artikel saya. Memang benar, terkadang politik ekonomi (economic policy) yang seringkali membawa distorsi sehingga penilaian terhadap sistem ekonominya sendiri menjadi bias. Apalagi buat orang yang belum mengetahui sama sekali ilmu ekonomi. Apalagi juga kalau sudah badan2 dunia yang selalu dituduh “kapitalis” seperti IMF dan World Bank ikut serta, lengkap sudah kecurigaan (walaupun mungkin ada juga kecurigaan2 yang sangat beralasan). Parahnya lagi, bagi orang yang benar2 awam mungkin sulit membedakan mana yang politik ekonomi dan mana yang politik murni terutama politik luar negeri. Ah…. benar2 bikin pusing! Hehehe…..

    Btw… terims sekali lagi ya Bang Riri atas tambahannya di boks komentar.

    @maxbreaker

    Kalau kapitalisme biasanya memang cenderung untuk membuat jurang perbedaan antara si kaya dan si miskin, namun jikalau si miskin terseok2 itu bukan karena semata2 disebabkan oleh kapitalisme, kemungkinan besar adalah karena faktor dirinya sendiri. Toh, selama ini, banyak terbukti bahwa orang2 miskin di negara2 kapitalis masih jauh lebih “bahagia” dibandingkan orang2 miskin di negara2 sosialis (ekoonomi terpusat).

    @wennyaulia

    Hahaha…. punya pengalaman pribadi yang pahit dengan bank
    Syariah ya?? Sama… saya juga…. sebenarnya mau saya tulis juga… tapi nggak tega atau masih belum tega. Lagian mereka sudah mengaku salah dan minta maaf (setelah digalakin!) Hehehe…. :mrgreen:

    @zulfaisalputera

    Kalau kapitalisme itu adalah ekonomi pasar. Sedangkan ekonomi terpusat itu erat hubungannya dengan (sistem ekonomi) sosialisme, bukan kapitalisme. Perekonomian modern sekarang condong ke arah kapitalisme walaupun kapitalisme murni juga bukan yang paling baik. China sendiri walaupun masih dikuasai komunis tapi perekonomiannya kini meroket akibat sistem ekonomi pasar ini jadi China ini bajunya saja yang komunis (sosialis) tapi badannya dan jiwanya adalah kapitalis.

    Wah, pak Zul, kalau saya sebenarnya paling enak temanya campuran, lagian saya juga bukan ahli ekonomi kok pak, kalau pak Zul senang dengan ekonomi makro cobalah pak Zul bikin artikelnya nanti kita diskusi di sana. Gimana? :mrgreen:

  16. 🙂 🙂 🙂

    halo mas Yarie .. (nggak sopan baru berkunjung sekarang)
    want 2 say 😮 Haloo… after gone for more than half a year..
    saya langsung kaget buka tampilannya (dasar katrok) … hijau mentereng bo.

    i just move to my new home, meski masih sama-sama…maksudnya, sama-sama wp, .. sama-sama gratis.

    terima kasih atas apresiasi buku saya ya… saya nunggu postingan selanjutnya aja lah…

    maklum, saya pusing dah terlibat urusan laissez-faire kaya gini… 🙂

  17. Artikel di blog Anda sangat menarik dan berguna sekali. Anda bisa lebih mempopulerkannya lagi di infoGue.com dan promosikan Artikel Anda menjadi topik yang terbaik bagi semua pembaca di seluruh Indonesia. Tersedia plugin / widget kirim artikel & vote yang ter-integrasi dengan instalasi mudah & singkat. Salam Blogger!

    http://ekonomi-indonesia-bisnis.infogue.com/
    http://ekonomi-indonesia-bisnis.infogue.com/ekonomi_pasar_lawan_ekonomi_terpusat

  18. Postingan yang mencerahkan saya Mas. Saya menunggu tulisan tentang ekonomi syariah, mohon in detail 🙂 (sudah minta, maksa, ngatur pula : ) ).

  19. Lalu apa kabar sistem ekonomi Indonesia yang katanya khas, bukan kapitalistik ataupun terpusat?
    Sepertinya tidak berhasil kalo tidak mau dikatakan gagal total,,

  20. mari , lebih menjalankan ekonomi atau kegiatan lain secara lebih bersih dan aman buat semua

  21. @SQ

    I’m glad to hear that you eventually returned to the blogsphere. Welcome back! 🙂
    Yes I visited your new home, it is very nice and I believe the home will be stuffed with goodies in the future and I believe you can do that! I will leave a comment in your new home soon. Just wait, ok? 🙂

    Well… about your book…. I wish I could read it. I’m not sure whether it is available in the local bookstores or not here in Bandung. But I’m gonna try to find it soon as I have slack time. I believe the book is bang-up! 🙂 And I believe too that this is only a starter since you will produce more and more first-string books! Keep up the good works! Ok? 🙂

    @infoGue

    Terims atas infonya! 🙂

    @Yoga

    Wah…. permintaannya salah alamat! Aturan mintanya kepada orang yang ahli ekonomi atau yang ahli syariah! Andaikan saya ahli ekonomipun belum tentu saya bisa menulis tentang ekonomi syariah, bukan karena saya meremehkan ekonomi syariah, tapi ini semua karena kesalahan saya sebab selama 10 tahun terakhir ini entah kenapa… otak saya sudah terpatri oleh bacaan2 dari Amerika Serikat dan Inggris baik bacaan di dunia riil maupun bacaan di dunia maya! 😦

    @petak

    Ekonomi Indonesia tidaklah sangat khas, ia juga berada di antara ekonomi pasar dan ekonomi terpusat, hanya namanya saja dibuat “khas” agar rakyat percaya bahwa ekonomi Indonesia adalah “khas”, sebab kata “kapitalisme” masih terdengar agak tabu bagi banyak rakyat Indonesia, padahal pada kenyataannya ekonomi Indonesia juga cenderung kepada sistem pasar bebas!

    Sebenarnya perekonomian kita nggak gagal total sih, belum ‘seberhasil’ negara2 tetangga seperti Malaysia, Thailand apalagi Singapura memang iya, tapi gagal total?? Rasanya nggak juga tuh! Perekonomian kita tetap tumbuh positif kok. 🙂

    @realylife

    orang2 yang berhati bersih (dan tidak munafik tentu saja) akan menghasilkan ekonomi yang bersih pula….. 🙂

  22. Tulisan ini sangat berbobot…
    akan lebih menarik dan berkwalitas jika tulisan dibawah ini

    …………………………………………………………………………….
    Bagaimana sekarang dengan sistem perekonomian Islam?? Jikalau mau jujur sebenarnya Islam tidak melarang praktek2 kapitalisme kecuali tentu saja yang berkenaan dengan riba atau bunga. Walaupun pada kenyataannya masih banyak yang bingung mengenai riba ini sebab (bahkan di kalangan orang Islam sendiri) apapun namanya, apakah itu bagi hasil dan sebagainya tetap saja itu adalah sebuah mark-up dan tidak ada bedanya dengan bunga hanya labelnya saja yang diganti. Apakah ada yang dapat menjelaskan lebih spesifik tentang riba ini secara definitif??

    …………………………………………………………………………………..

    ada dalil ataupun link yang berkenaan dengan masalah riba

    teruslah menulis saudaraku untuk anak bangsa….

    ___________________________________________________________

    Yari NK replies:

    Terima kasih. Insya Allah saya akan terus menulis hal2 yang informatif.

    Sebenarnya riba dalam Islam jelas dilarang seperti dalam ayat2 Al-Quran (30:39, 4:161, 2:275, dan masih banyak lagi), kalau definisi riba menurut Islam kurang lebih adalah “menambahkan jumlah uang secara sefihak”. Namun toh dalam prakteknya mana yang masuk riba dan mana yang tidak di antara umat2 Islam sendiri masih berbeda pendapat.

  23. Ada yang bilang ke saya, yang penting bukan sistem ekonomi yang dipilih tetapi bagaimana menjalankan sistem ekonomi yang dipilih tersebut secara benar dan konsekuen. Sistem ekonomi, pasar, terpusat, syariah atau apapun namanya, semua itu berisifat pilihan, ada positif ada negatif.

    Dia bilang yang penting adalah :
    1. Kenapa sistem tersebut dipilih?
    2. Apa yang ingin kita capai dengan memilih sistem tersebut?
    3. Bagaimana proses untuk mencapainya?
    4. Bagaimana kita bisa mengukur hasilnya?
    5. Seperti apa persisnya peran dan kerjasama antara Pemerintah dan rakyat?
    6. Bagaimana mengantisipasi aksi dan reaksi negara lain?
    7. Bagaimana evaluasi dan perbaikan butir 1 s.d. 6 dilakukan?

    Dalam bahasa aslinya:
    We have to know for sure :
    1. the why;
    2. the goals; (short-term, mid-term, long-term)
    3. the process to achieve the goals;
    4. how to measure the outcomes;
    5. how to build Government and its Citizens as a system;
    6. how to anticipate other countries acts and reactions; and
    7. how to evaluate and improve step 1 to 6.

    ________________________________

    Yari NK replies:

    Wah…. Dji…. gitu dong….. pindah ke WordPress….. menurut saya emang WP lebih oke kok…. Hehehe…. bukan promosi loh… tapi memang pengalaman… sistem komennya paling friendly dibandingin yang merknya “B” Hehehhehe….. Banyak2 blogwalking Dji dan ninggalin komen2 di blog2 lain……

    O iya…. kembali ke laptop topik….. Memang betul Dji, dalam menjalankan sistem ekonomi yang dipilih memang yang paling penting adalah faktor2 di atas apapun sistem ekonomi yang dipilih. Namun tentu pilihan juga harus “bijaksana”, masyarakat2 yang sangat condong ke sistem ekonomi terpusat di seluruh dunia ini, sudah “terbukti” mengundang ketidakpuasan bagi masyarakat tersebut dan gagal mensejahterakan rakyatnya. Mungkin hal ini disebabkan karena di masyarakat yang perekonomiannya terpusat merupakan tempat yang sangat tidak menarik bagi investasi dan juga dalam perekonomian seperti ini, inovasi2 dan terobosan2 di bidang bisnis dan ekonomi tidak bisa berjalan. Padahal inovasi2 yang kreatif sangat penting dalam perkembangan bisnis dan ekonomi. Walaupun tentu sistem pasar bebas murni juga tidak luput dari kelemahan2……..

    Tapi Dji, masalahnya bukan itu……. saya menulis topik di atas karena banyak teman2 kita yang kupingnya masih panas kalau mendengar istilah “kapitalisme”, seolah2 kapitalisme itu adalah bagian integral dari sistem politik luar negeri Amerika Serikat yang mereka benci itu… Begitu ceritanya Dji….. hehehe…….

  24. Konsep laisez faire murni yang di ungkap pertama kali oleh adam smith pada awalnya memberikan makna revolusi indsutri di eropah sana… sampai akhirnya konsep ini ambruk tatkala nggak bisa berbuat apa-apa ketika terjadi resesi dunia di tahun 30 an…….! yang saat ini melanda sebenarnya bukan konsep murni laisez faire tapi konsep ekonomi yang diungkap keynes……artinya peran pemerintah dalam menyeimbangkan perekonomian bisa jadi dominan…! Coba saja simak RAPBN USA …. sering kali dibikin defisit agar negara banyak belanja untuk mendongkrak permintaan pasar yang lesu di negaranya.

    Saya jadi mikir..negara segitu gedenya., rela berkorban mendefisitkan RAPBNnya demi rakyatnya….lha kalo di kita diminta mensubsidi BBM atau pupuk aja….wuih nggak mau ! Dus… nalar saya jadi menyimpulkan yang benar-benar melahap lebih penuh konsep laisez faire sebenernya Indonesia dibanding amrik sanah…. ner nggak kang ?

    ___________________________________

    Yari NK replies:

    Bener kang aom, sebenarnya tiap sistem perekonomian pasti ada celah kelemahannya, begitu pula dengan sistem pasar bebas yang dituduh sebagai biang pemicu The Great Depression (TGD) di akhir tahun 1920an tersebut… Walaupun penyebab eksak TGD sendiri masih menjadi perdebatan di antara para ahli. Bagi mereka yang anti pasar bebas mereka menuduh sistem pasar bebas yang menjadi biang kerok TGD ini, sementara bagi mereka yang memihak sistem pasar bebas, justru menuduh pemerintah yang gagal menginterpretasikan fenomena ini sehingga bukannya memperbaiki resesi yang biasa terjadi dalam sebuah perekonomian, malah menjelma menjadi TGD yang “menakutkan” ini………

    Mengenai Indonesia…. hmmm wah saya nggak bisa komen deh….. saya netral2 aja…. soalnya di Indonesia ini masalahnya lebih kompleks bukan hanya masalah sistem perekonomian saja….. hehehehe…. 😀

  25. Wah…. Dji…. gitu dong….. pindah ke WordPress….. menurut saya emang WP lebih oke kok…. Hehehe…. bukan promosi loh… tapi memang pengalaman… sistem komennya paling friendly dibandingin yang merknya “B” Hehehhehe….. Banyak2 blogwalking Dji dan ninggalin komen2 di blog2 lain……

    wehe..he…
    sebenarnye bukan krn WP lebih yahud, tp karena blogger pernah ga bs saya akses gara2 Roy Suryo, eh salah, M. Nuh, eh salah, SBY, eh salah, eh Fitna, eh salah semua … 🙂

    yg jelas blogger dan WP sama saja, sama2 bisa graitiz … 😆

    ____________________________________

    Yari NK replies:

    Masing2 memang ada kelemahan dan kelebihannya. Hanya saja yang jelas WP unggul dalam sistem pengomentarannya. Lebih friendly….. juga pada saat kita memberi komen, kita bisa tetap melihat artikelnya…. kalau yang di “B” nggak bisa….. juga di “B” komen susah diedit nggak kayak di WP ini. Tapi keunggulan “B” adalah dia bisa dipasang widget dari luar. Itu saja. 😉

    Jadi blogsite boleh sama2 gratis….. tapi mungkin masalah friendliness-nya bisa berbeda, sama seperti rambut orang sama2 hitam, tapi bau apa nggaknya rambut orang ya… berbeda2 dong…. 😆

  26. Bagus kok!!!!!!

    sangat bermanfaat buat kita-kita yang mencari materi buat tugasss!!!!!

    ____________________________________

    Yari NK replies:

    Terima kasih banyak juga ya…. telah mampir di blog saya. Syukur kalau artikel ini bisa berguna…. 🙂

  27. Semua tergantung dri pemimpin negaranya aja kli yeah…..

    _______________________________

    Yari NK replies:

    Ya… tergantung dari banyak faktor termasuk faktor ekonomi, politik, geopolitik, sosial kultural dan lain sebagainya……

  28. Mana Perbedaan dan persamaan sistem ekonomi pasar sama terpusat secara mendetail??
    dan kelemahan serta kelebihan masing-masing nha…
    posting yacccccccccccccch…

Tinggalkan Balasan ke zulfaisalputera Batalkan balasan