Indonesia Membawa Pulang Dua Medali Emas Olimpiade Fisika

Di tengah-tengah segala pemberitaan miring mengenai pendidikan di Indonesia dan juga di tengah pemberitaan hal-hal yang negatif lainnya mengenai Indonesia, ternyata negara ini masih bisa menorehkan prestasinya. Ya, ditengah-tengah permasalahan dan benang kusutnya sistem pendidikan di negeri ini ternyata tim olimpiade Fisika kita berhasil menyabet 2 medali emas dari the 39th International Physics Olympiad yang dilangsungkan di Vietnam baru-baru ini. Walaupun kali ini Indonesia tidak menyabet gelar the absolute winner seperti di olimpiade Fisika di Singapura lalu, dan juga perolehan medali emas turun dari 4 di Singapura menjadi 2 di Vietnam, namun tentu hasil ini tetap sangat menggembirakan dan membanggakan di tengah miskinnya prestasi bangsa ini di kancah internasional. Salah satu Fisikawan muda kita tersebut bahkan menduduki peringkat 4 dari seluruh peserta internasional yang mengikuti olimpiade tersebut sebuah peringkat yang tinggi tentu saja. China memboyong tempat pertama, kedua dan ketiga terbaik. Hasil lengkapnya dapat dilihat di sini.

Yang mengejutkan adalah peringkat-peringkat atas olimpiade Fisika (sebenarnya tidak terlalu mengejutkan karena yang lalu-lalu fenomena ini juga telah terlihat) didominasi oleh peserta-peserta dari Asia. Peserta-peserta bulé yang sering dimitoskan lebih cerdas dari peserta-peserta dari Asia ternyata banyak yang keok. Peserta dari negara bulé yang paling tinggi adalah peserta dari Canada yang notabene pesertanya juga imporan dari Asia. Peserta bulé asli **halaah rasis** dengan prestasi tertinggi malah datang dari negara Eropa Timur yang kecil yaitu Moldova. Negeri jiran kita Malaysia yang dipercaya sistem pendidikannya lebih baik dari kita hanya menggondol sekeping medali perak sebagai prestasi terbaiknya. Sementara negeri jiran kita lainnya yang juga dipercaya lebih superior dari kita di mana kita banyak mempercayai mahasiswa-mahasiswa kita untuk bersekolah di sana yaitu Australia nasibnya sama dengan Malaysia hanya mendapatkan sekeping medali perak untuk prestasi tertingginya. Perlu pula diketahui selain kita mendapatkan dua emas, Indonesia masih mendapatkan 2 medali perak lagi. Uni Kerajaan (Inggris) malah lebih parah lagi, mereka paling tinggi hanya mendapatkan medali perunggu. Sedangkan Belanda, negeri penjajah kita selama 350 tahun, lebih kasihan lagi, hanya kebagian gelar honourable mention saja. Huehehe…… O iya, dalam daftar pemenang dicantumkan juga jenis kelamin para peserta. Di situ terlihat laki-laki sangat mendominasi perolehan medali dibandingkan wanita. Apakah itu berarti laki-laki secara rata-rata masih lebih cerdas dari wanita?? walahualam deh…. *halaaah seksisme** :mrgreen: Dari daftar pemenang juga dapat dilihat bahwa (lagi-lagi) peserta-peserta dari Afrika dan Timur Tengah lagi-lagi tidak bisa berbuat banyak. Apakah berarti negara-negara Afrika dan Timur Tengah terbelakang dalam sains dan teknologi? Walahualam….. bisa iya bisa juga tidak.

Ya udah deh, mudah-mudahan mereka yang pernah berjaya mengharumkan nama Indonesia pada Olimpiade Fisika dapat bekerja sesuai bidangnya. Janganlah nanti mereka terpaksa bekerja sebagai manajer pemasaran (atau pengusaha) atau pekerjaan-pekerjaan lainnya. Bukan karena menjadi manajer pemasaran (atau pekerjaan-pekerjaan lainnya) derajadnya lebih rendah, bukan itu, namun alangkah sayangnya jika mereka bekerja bukan pada bidang yang dapat mereka lakukan secara maksimal. Potensi-potensi hebat mereka bisa hilang. Ada dua kemungkinan jika mereka tidak menemukan pekerjaan yang cocok dengan keinginannya yaitu banting setir mencari pekerjaan lain yang kurang sesuai dengan potensi maksimalnya atau ia akan lari ke luar negeri, menjadi ilmuwan atau insinyur andal di negeri orang. Tentu ini merupakan kehilangan atau kerugian yang sangat bagi Sumberdaya Manusia di Indonesia ini…… Bukan begitu?

41 responses to “Indonesia Membawa Pulang Dua Medali Emas Olimpiade Fisika

  1. Paragraf yang terakhir sudah terjadi, pemenang emas dari Indonesia ada beberapa yg kini menjadi asisten peraih Nobel di luar negeri. Maklum, di negera kita fasilitas dan biaya-nya minim.

  2. Pemenang Fisika, Dunia pun mengakuinya. Apakah Indonesia juga bang ? Saya rasa Indonesia kok masih mengakui idola instan daripada pemenang olimpiade Fisika

  3. di indonesia ilmuwan memang masih kurang dihargai bahkam prestasipun mungkin kurang dihargai. yg diuber oleh kebanyakan org kita adalah kekayaan dan kemasyuran tanpa prestasi. kalo bisa dng jalan pintas dan tak terpuji.

  4. Sebetulnya yang jadi masalah di Indonesia adalah kesenjangan sosial dan kesenjangan pendidikan. Saya banyak melihat anak bangsa ini sangat pandai, seperti sebelumnya kelompok mahasiswa ITB juga menang di Paris, belum seperti olimpiade Fisika dll…dimana anak Indonesia selalu membawa medali.

    Adalah tugas pemerintah agar bagaimana anak-anak pintar ni bisa benar-benar mampu bekerja dan mendorong perbaikan bangsa…..atau kalaupun bekerja di luar negeri, suatu ketika mereka akan kembali untuk mengembangkan bangsa ini.

  5. semangat

    bangkit negeriku
    harapan itu masih ada 🙂

  6. banyak kok anak indonesia yang cerdas, sayang sungguh sayang kalo tidak dapat perhatian

  7. bagian terakhir itu yang saya khawatirkan pak, bagaimana aset2 SDM kita ternyata juga
    dicuri oleh bangsa lain hanya karena minimnya perhatian dari bangsanya sendiri…

  8. Siapa bilang orang Indonesia ngga’ pinter-pinter? Ini salah satunya (yang punya blog ini) yang juga jago matematika. 😀 Yang patut disayangkan di sini cuma peran pemerintah yang belum bisa ‘menghargai’ prestasi anak bangsanya dan mengabsorbsi kemampuan mereka di ‘tempat yang layak’.

    Banyak cerita mengenaskan tentang hal ini, termasuk teman2 saya yang sudah di’sekolah’kan ke luar negeri oleh lembaga pemerintah prestisius tapi setelah lulus cuma diminta ke kantor untuk datang isi daftar hadir trus duduk manis baca2 koran dan bingung mau ngerjain apa. Akhirnya mereka lebih memilih hengkang dan diterima di banyak perusahaan asing.

  9. Kang, saya pernah “tergoda” untuk hengkang ke luar negeri juga. Itu terjadi sekitar tahun 2000-an. Saya sudah pegang formulir lamaran kerja menjadi dosen disebuah universitas terkenal dengan gaji yang sangat oke di salah satu negara tetangga melalui kedutaan mereka di Jakarta. Padahal belum tentu saya juga lulus seleksi, mereka, tetapi kayaknya minimum requirements lewat lah.

    Tetapi entah kenapa Kang … saya gak lanjutkan … tapi sungguh tawaran itu menggiurkan. Betapa tidak, sebagai asisten dosen dengan kualifikasi S2, pengalaman ngajar sekitar 3 tahun, kita bisa menerima sekitar USD 2.000 plus dengan fasilitas lainnya. Bayangkan gaji dosen di Indonesia ini Kang … gimana gak lari tuh teman2 kita … apalagi yang sudah pernah tinggal di luar negeri … yah, gak balik mereka …

    Apa yang salah ? sistem yang berjalan ? atau paradigma yang membuat dan menjalankan sistem itu ? gak tahu juga Kang …

    Bagaimana dengan teman2 alumni tim olimpiade Fisika ini ? … terus terang, saya punya kekhawatiran Kang .. jangan2 mereka gak punya tempat di negara ini yang bisa mengoptimalkan kompetensi mereka … seperti di Bangladesh, konon banyak PhD engineering hanya kerja sebagai tukang las atau operator mesin pabrik, karena di sana gak ada tuh yang namanya research center yang bisa memanfaatkan tenaga mereka …

  10. Semoga tidak hanya menperoleh medali saja, tetapi memperoleh penghormatan dari pemerintah dan bangsa yang hanya mikir diri sendiri dan golongannya :mrgreen:

    Semoga tidak hanya medali sesaat saja, seperti atlet-atlet Indonesia yang setelah tua hidup melarat dan merana :mrgreen:

    Semoga bangsa ini bisa menyadari, bahwa ternyata justru para kawula muda yang sering mengharumkan bangsa dibanding mereka yang selalu mengembor-gemborkan sebagai pemikir negara di gedung megah :mrgreen:

    Btw, bagaimana siaran pers resmi dari pemerintah atas prestasi tersebut?

  11. “Selamat untuk Team Olympiade Fisika Indonesia, Terus Berjuang dan Semoga sukses selalu.”

    Dan semoga kebijakan pemerintah Indonesia yang memperbolehkan dual citizen bisa membawa angin segar ke arah yang lebih baik. Bagi mereka yang sukses di LN bisa membangun usaha di Indo atau menanamkan Investasi dan memajukan Indonesia. Jadi tidak ada lagi dilema untuk memilih, karena pilihan itu merupakan suatu hal yang sangat berat, antara kenangan Indah dan Masa depan yang Indah. Terima kasih

  12. Yang membuat Indonesia terbelakang adalah,, kurang dihargainya prestasi anak bangsa…

    indonesia malah membanggakan produk buatan Asing, Produk instan,

    Kalau ingin dihargai ya sediakan dulu uang yang banyak, pasti anda akan dipuja-puja…

  13. Sebenernya tidak sedikit anak Indonesia yang pinter2, juga tidak sedikit orang Indonesia yang kemampuan intelektualnya diakui di kalangan internasional, dan bangsa Indonesia seharusnya sangat bangga dengan prestasi-prestasi yang sedemikian hebatnya. Pertanyaannya, apakah kita sudah cukup menghargai mereka? mungkin saja bibit-bibit unggul ini tidak hanya bekerja di bidang yang tidak sesuai dengan jalurnya, yang lebih mengenaskan adalah ketika mereka memutuskan untuk mengaplikasikan ilmunya untuk keuntungan negara lain, hanya karena kurang mendapat dukungan dari negeri sendiri?? hiek..

    Pernahkah event-event seperti ini dipublikasikan secara besar-besaran di media massa nasional? kenapa hanya kompetisi putri-putrian saja yang mendapat perhatian sebegitu besarnya?? hiek.. *lagi* << komentarnya kepanjangan gak pak?? *sebenernya masih ada lagi* kekeke..

  14. oo yg negara yg lain itu pada ngalah ma indonesia :mrgreen:

  15. setiap olimpiades kita sering dapet medali… tapi setelah mereka dewasa… mereka meninggalkan indonesia karena nggak diperhatikan negara….!
    padahal mereka adalah potensi berharga buat negeri ini!

  16. @Yoga

    Itulah mbak…. padahal mereka2 itu adalah aset yang tak ternilai bagi bangsa ini. Bayangkan! Aset tak ternilai namun ‘dicampakkan’! Bagaimana kita mau maju ya? 😦

    @adipati kademangan

    Begitulah….. Kita malah lebih mengenal juara2 Indonesian dodol Idol atau bahkan lebih mengenal juara2 American Idol yang padahal prestasinya nggak ada apa2nya, alias cuma juara “lokal” di stasiun televisi yang bersangkutan!

    @AgusBin

    Mangkannya bin, jangan cepat2 mau kaya tanpa berprestasi ya nanti! :mrgreen:

    @edratna

    Bisa dibayangkan kan bu? Pendidikan kita masih “carut marut” dan nggak merata saja kita sudah bisa berprestasi. Apalagi nanti kalau pendidikan sudah merata dan jauh lebih baik. Sekarang kita sadar alangkah besarnya sebenarnya potensi SDM kita, tinggal bagaimana kita mengelolanya saja.

    Nah, tentu juga penghargaan dari pemerintah juga perlu untuk memacu bibit2 berprestasi. Penghargaan bukan hanya sekedar yang instan saja seperti piagam dan uang, tetapi juga penghargaan jangka panjang seperti pekerjaan yang memadai sesuai bidangnya, fasilitas2 yang lengkap yang menunjang penelitian, dsb. 🙂

    @achoey sang khilaf

    Harapan bukan hanya masih ada…. tetapi masih sangat terbuka lebar! 🙂

    @kishandono

    Kita jangan berhenti berharap dan berusaha agar pemerintah dapat terus memperhatikan mereka…..

    @gunawanwe

    Tapi yang dicuri malah senang kok mas, habisan di rumahnya sendiri mereka nggak diperhatikan, salah siapa hayo?? :mrgreen:

    @inos

    Ah…. mas inos ini, kerjaannya memuji melulu…. jadi besar kepala malu nih saya! 😳

    @RIRI SATRIA

    Wah… kalau orang2 seperti saya sih… walaupun pindah ke luar negeri juga negara nggak merasa kehilangan soalnya bakal banyak yang bisa menggantikan saya! Huehehe…… Tapi kalau mereka2 ini, juara2 olimpiade fisika, yang memang sudah teruji kualitasnya kelas dunia (bukan kelas Asia apalagi kelas ASEAN) tentu kalau mereka pindah ke luar negeri susah cari gantinya. Sama halnya seperti atlit2 olahraga yang mendapat medali emas di olimpiade, mereka juga sulit dicari gantinya.

    Bagi para juara olimpiade Fisika, yang dicari mungkin bukan hanya gaji yang tinggi tetapi juga hasrat mereka untuk memajukan bidangnya sebagai sumbangan kepada umat manusia dan kalau bisa meraih penghargaan Nobel. Sesuatu yang mungkin sangat susah diwujudkan di negeri ini sekarang karena kurang pedulinya kita (pemerintah) dengan kemajuan sains dan juga minimnya fasilitas dan sponsor di negeri ini. Wah pokoknya kendalanya banyak deh… hehehe…..

    @Laporan

    Yang penting penghormatan jangka panjang, yaitu berupa pekerjaan yang cocok dengan level mereka dan bidang mereka. Itulah tantangan pemerintah jikalau mereka tidak mau kehilangan putra-putri terbaiknya.

    @yulism

    Yang penting memang pemerintah harus menghilangkan segala halangan atau hambatan yang dapat menghambat kemajuan mereka. Apalagi hambatan2 tersebut berupa hambatan2 administratif yang sepelé……

    @adicenter

    Sebenarnya tidak terlalu masalah jika kita memakai produk asing, asal kita juga bisa menghargai karya anak bangsa, apalagi kalau karya kita ini bermutu. Kualitas dalam negeri yang payah tentu memang tidak bisa kita banggakan, karena selain memalukan kalau kita memaksakan untuk mengelu2kannya dikhawatirkan mereka menjadi terlena dan enggan untuk meningkatkan kualitasnya.

    Yang penting kita bisa memilih mana2 produk yang baik secara obyektif dan berusaha untuk menjadi mandiri dan semakin baik…..

    @pipiew

    Terkadang yang saya kurang mengerti mbak, potensi bangsa sendiri disia2kan sementara tenaga2 kerja asing banyak dipakai di Indonesia walaupun mungkin tenaga2 kerja asing di Indonesia tersebut kelasnya cuma kelas teri. Hehehe…… Ya, begitulah mbak, kenapa kita tidak bisa maju. Mental “inferior complex” mungkin juga berperan dalam ketidakmajuan kita ini……

    Kalau kompetisi putri2an dapat perhatian, kalau kompetisi waria2an dapat perhatian juga nggak?? Wakakakakak…… 😆

    @hanggadamai

    Padahal Indonesia juga sudah ikut mengalah juga lho…. tapi tetep aja menang tuh! :mrgreen:

    @qizinklaziva

    Kalau yang meninggalkan Indonesia ini juara Indonesian Idol sih boleh2 aja ya pak?? 😀

  17. “Mudah-mudahan mereka yang pernah berjaya mengharumkan nama Indonesia pada Olimpiade Fisika dapat bekerja sesuai bidangnya.”
    Sebuah keinginan yang luhur, tetapi permasalahannya Apakah mereka yang di Atas Sana mendengar atau paham pernyataan diatas???

  18. Biasanya lari keluar negeri, jadi Indonesia dapet harumnya, negara lain dapet untungnya.

  19. Sudah sejak dulu tim olimpiade indonesia berhasil mengungguli tim olimpiade dari negara lain, bukan hanya olimpiade fisika atau kimia. Kalau melihat kemenangan itu, kita jadi tahu bahwa sebenarnya orang indonesia itu lebih pintar dari negara lain. Tapi kenapa ya, Pak, teknologi di negara kita koq jauh ketinggalan dengan teknologi dari negara lain?

  20. selamat buat tim olimpiade fisika kita, bung yari. meski mengalami penurunan, hal ini bisa menjadi “penghibur duka lara” atas bertumpuknya persoalan pendidikan yang kunjung terselesaikan. kalau boleh dibandingkan, ternyata tingkat kecerdasan bangsa kita tak kalah jika dibandingkan dg bangsa2 asia yang lain, bahkan juga bangsa dari beua eropa atau afrika. sayangnya potensi kecerdasan itu tak digarap secara optimal, bahkan outcome bagi generasi yang cerdasa sering tak diperhatikan. kabarnya, banyak anak indonesia yang cerdas2 justru dibiayai pendidikannya oleh negeri jiran kita. mereka diberikan fasilitas serba gratis hingga ke tingkat doktoral. kenapa potensi bangsa itu mesti kita lepas begitu, ya bung?

  21. Wah, selamat buat Indonesia yang masih bisa berjaya… 😀 Saya sangat bangga karenanya.

    Ternyata, Pak Yari juga bangga rupanya ya? 😀

    Iya, sebetulnya, potensi anak-anak bangsa kita sungguh luar biasa hebatnya. Namun, kurang terperhatikan oleh negara. Negeri kita masih belum mampu menghargai para calon ilmuwannya. Maka, jangan heran, banyak calon ilmuwan negeri kita bekerja di negeri orang (males pulang ke negeri sendiri, khawatir ga ada kerjaan…). 😀

  22. ya abis kalo di luar negri konon kabarnya lebih dihargai sih…

    bangga juga sama mereka! tapi ga ikutan bias gender nya aaaaaaaaah :p

    tenang om tenang

    i have no plan of leaving this beloved country indonesia 😉

    *sapa yang butuh yaaaaaaaaa???

  23. selamat dech
    ayo maju terus Indonesia

  24. Hmmm… Aneh ya? Sering menang olimpiade internasional begini, tapi kaya’nya Indonesia ga maju-maju. Hmmm… salah siapa ya?

  25. Mungkin kita bisa potret situasi ini menggunakan kerangka pikir learning organization Peter Senge. Jika ibaratnya Indonesia ini sebuah organization, maka kerangka itu ada relevansinya.

    Step 1 : Personal mastery : yup kita sudah punya sumberdaya unggul level dunia, bahkan di masa muda bisa juara olimpiade fisika segala, dan banyak lagi pakar2 bangsa Indonesia …

    Step 2 : Mental model : oke lah semua punya nilai nasionalisme yang tinggi … good !

    Step 3 : Shared vision : Nah, ini masalahnya. Kita punya sih Pancasila, tapi apakah sudah menjadi shared vision ?

    Step 4 : team learning ; nah, ini juga bermasalah, kita bisa jadi hebat secara individu, tetapi lemah dalam team learning …

    Step 5 : system thinking : wah, ini gak usah dibahas dulu …

    So, kita punya banyak juara olimpiade fisika, matematika, etc, tetapi rupanya menurut teori Peter Senge, itu baru level 1 untuk menuju keunggulan … Nah, pertanyaannya, kenapa ya sistem pendidikan kita cenderung membentuk personal mastery semata ya ?

  26. Namun kebanggaan itu akan sirna ketika mereka, peraih emas, diincar oleh negara lain. Misalnya tahun lalu, Singapura yang sudah menyatakan dirinya akan menjadi pusat ilmu pengetahuan pernah mencoba mencoba merayu para calon nobelis Indonesia. Mereka akan dibiayai oleh Singapura untuk sekolah di sana. Setelah lulus meraih doktor mereka diberi prioritas menjadi peneliti dalam lembaga ilmu pengetahuan Singapura. Negara-negara lain seperti Amerika dan Inggeris juga sering melakukan hal serupa.
    Seharusnya bangsa kita menghindari terjadinya kehilangan mutiara-mutiara itu. Pihak industri dan perguruan tinggi terkemuka serta kementerian Ristek dan Diknas hendaknya proaktif untuk memberi insentif tugas belajar. Mereka patut diberi peluang menjadi dosen atau peneliti. Kalau tidak, kita akan kehilangan peluang mutiara yang sangat berharga. Dalam dunia iptek dan industri yang penuh persaingan ini investasi sumberdaya manusia menjadi sangat pokok. Olimpiade di bidang IPTEK lainnya perlu dikembangkan mulai di tingkat sekolah dan perguruan tinggi sampai daerah dan nasional. Lambat laun insya Allah akan terbentuk masyarakat IPTEK.

  27. @Prabu Dian Sori

    Yang Diatas Sana mendengar tentu asalkan kita berusaha secara maksimal dengan jalan yang dirihadi-Nya.

    @ubadbmarko

    Kenapa selalu begitu ya bang?? Kenapa nggak pernah negara kita yang mendapatkan untungnya, negara lain yang mendapatkan ampas harumnya?? :mrgreen:

    @Edi Psw

    Nah…. itu dia Pak Edi…… salah satunya adalah karena di negeri kita mungkin tidak ada pekerjaan yang sesuai dengan kapasitas mereka. Jadinya kebanyakan mereka “diculik” ke luar negeri….. 😦

    @Sawali Tuhusetya

    Itulah…. saya juga bingung pak Sawali….. Kenapa negara kita “tidak mempedulikan” mereka dan lebih memelihara para koruptor yang nggak berguna yang kini duduk di DPR…… Menyedihkan bukan pak?? 😦

    @mathematicse

    Oh… iya dong….. saya turut bangga…. saya selalu menghargai setiap prestasi baik sains ataupun non-sains apalagi itu prestasi tingkat dunia. Lebih baik memabnggakan mereka daripada membanggakan artis2 sinetron yang cuma modal tampang, betul nggak kang Jupri?? Hehehe……

    Betul kang Jupri…. tindakan harus diambil dari sekarang jikalau kita tidak mau kehilangan potensi terbaik kita.

    @natazya

    Huahahaha…. sexism-nya kan sebagai bonus pengetahuan aja…. bukan menu utamanya kok… jadinya boleh dilewatkan dan tidak dibaca kok! :mrgreen:

    @realylife

    Yup… semoga terus maju Indonesia di usianya yang ke-63 ini…….

    @Alias

    Ya… gimana mau maju….. kalau mereka semua akhirnya pada lari ke luar negeri atau kerja yang nggak sesuai dengan bidangnya! :mrgreen:

    @RIRI SATRIA

    Step-step yang dikemukakan oleh PETER SENGE itu tentu ada benarnya. NAMUN saya percaya bahwa yang terpenting adalah yang No. 1. Kenapa?? Karena yang No. 1 (Personal Mastery) tersebut adalah dasar dari kelima step tersebut. Ibarat sebuah bangunan, Personal Mastery adalah FONDASInya. Jikalau Fondasinya jelek, maka seluruh bangunan akan tidak kuat. Jikalau fondasinya kuat, ya tinggal bagaimana kita memolesnya di step selanjutnya. Contoh ekstrimnya adalah, sekelompok orang idiot misalnya, walaupun bekerja sama seperti apapun (itupun kalau orang2 idiot tersebut tahu artinya bekerja sama…. hehehe…..) tentu hasilnya juga, yah kemungkinan besar tahu sendiri deh hasilnya……

    Jadi yang bang RIRI katakan bahwa pendidikan kita berorientasi hanya pada personal mastery mungkin benar adanya. Untuk itu kita harus merubah sistem pendidikan kita. NAMUN, modal personal mastery yang ada pada para juara olimpiade tersebut tentu adalah MODAL DASAR yang sangat kita butuhkan dan tidak boleh kita sia-siakan. Jikalau kita berhasil merubah sistem pendidikan kita, saya yakin kita tidak akan kalah dari negara2 maju. Saya yakin mereka adalah orang2 cerdas yang tidak akan sulit untuk memperkenalkan mereka dengan teamwork atau systemic thinking…….. Tinggal bagaimana kita memoles mereka di dalam pendidikannya…..

    @sjafri mangkuprawira

    Nah…. itu dia prof Sjafri…. Singapura tidak puas dengan hanya sebagai “pusat jasa” di Asia Tenggara (bahkan mungkin maunya di Asia). Tapi mereka melihat jauh ke depan dengan ingin menjadikan negara mereka pusat ilmu pengetahuan. Dengan sains tersebut Singapura diharapkan dapat membuat produk2 dengan nilai tambah yang sangat tinggi dan juga dengan ilmu pengetahuan mereka yakin dapat memperbaiki kualitas jasa mereka melalui efisiensi yang didapat melalui kemajuan ilmu pengetahuan.

    Sebaiknya memang, penyelenggara negara atau siapapun yang peduli dengan kemajuan bangsa ini membaca apa yang prof. Sjafri tuliskan di atas. Ok, terims prof atas komentarnya.

  28. Kadang-kadang timbul pertanyaan kok olimpiade ilmiah cuma faks fisika atau matematika ya, kok tidak biologi atau geografi :mrgreen:

  29. Ketika membaca berita bahagia seperti ini bagaikan menemukan setetes air di gurun yang kering…

  30. Indonesia tidak kalah ternyata.

    Tapi, sayangnya, berita-berita seperti kurang di-blow-up di media. Malah, di tipi-tipi, rasa-rasanya generasi kita dicetak tuk jadi generasi instan, yang cuman pengen ngetop, terkenal, beken sesaat, jadi idola-lah. 😥

    Btw, Indonesia yang dapet emas juga dari “China” juga ya pak. Kayak di bulutangkis aja ya, siapapun yang tanding, mesti yang menang china. :mrgreen: Pemenangnya mesti ada keturunan etnis tionghoa.

    Btw, selamat tuk para pemenang olimpiade deh.

  31. He he he … bener sih Kang … maksud saya, pendidikan itu tidak hanya berhenti di level 1 personal mastery semata … takutnya, kita menjadikan personal mastery sebagai sasaran akhir … itu yang saya khawatirkan Kang … tq

  32. ternyata anak indonesia pintar²

  33. dan sayangnya orang-orang seperti ini tidak dipedulikan…

  34. tapi kenapa yang mengharumkan Indonesia hanya siswanya saja, hanya peserta Olimpiadenya saja.

    Fisikawannya mana? apa ini hanya sekedar menjawab soal saja, atau memahami dan meng-implementasikan ilmu yang dipunya?
    apa mungkin mereka sudah dibajak negeri sana, karena tidak dihargai di Negeri ini?

    bagaimanapun saya tetap bangga karena paling tidak nama Indonesia lebih dipandang..

  35. Mudah-mudahan ini pertanda bahwa masa jaya itu sudah semakin dekat.

  36. @Laporan

    Waktu itu pernah dengar juga olimpiade Biologi, Kimia dan Astronomi. Entah kalau olimpiade Geografi belum pernah dengar. Olimpiade Sejarah juga belum pernah dengar. Mungkin ada ya. Cuma saja mungkin soal2 di olimpiadenya adalah soal2 pilihan ganda atau multiple choice atau mungkin ada juga pertanyaan2 yang Benar-Salah! Wakakakakak….. 😆

    @coretanpinggir

    Ya… bagaikan menemukan setitik susu di tengah2 comberan! Huehehe… 😀

    @yodama

    Wah… sebaiknya kita mulai berhenti untuk membeda2kan mereka. Bukankah mereka juga lahir dan menikmati alam kekayaan Indonesia juga? Jadi sudah sebaiknya kita menghilangkan dikotomi tersebut… 🙂

    @RIRI SATRIA

    Itu dia bang Riri, adalah tugas para pendidik kita untuk tidak hanya berhenti pada Personal Mastery. Toh, mau nggak mau, sebagai ilmuwan kelak, mereka harus dapat berfikir secara sistemik. Apalagi dalam fisika. Sebuah rumus Einstein yang sederhana seperti e=mc^{2} tentu lahir dari sebuah pemikiran sistemik yang kompleks dan bukan dari proses trial-and-error.

    Atau mungkin mereka, para juara olimpiade tersebut, sekarang sudah mampu berfikir secara sistemik. Nah, jikalau nanti mereka mendapatkan pendidikan lanjutan yang hanya mengandalkan “personal mastery” sepertinya mereka akan merasa bosan dan kehilangan semangat. Akibatnya bisa jadi mereka lari kepada pendidikan lanjutan di luar negeri. Dan kalau sudah begitu kemungkinan mereka susah akan kembali lagi karena mereka nantinya akan sangat terpakai di sana. Kalau sudah begitu, gawat kan?? Hehehe…. Ok.. terims ya bang Riri atas komennya yang compelling. 🙂

    @zoell

    Mudah2an juga kreatif agar dapat maksimal……

    @Sir Arthur Moerz

    Yang dipedulikan malah anggota2 Dewan yang terhormat korupsi dan tak berguna itu…. sungguh menyedihkan! 😦

    @Denny Eko Prasetyo

    Ya… itulah…. Fisikawan2 kita jadi mandul karena nggak bisa mengadakan riset yang maksimal. Fasilitas nggak ada…. cari sponsor susah….. ya bagaimana mau menonjol???

    @Rafki RS

    Ya… yang penting juga bagaimana caranya mempertahankan bahkan meningkatkan prestasi tersebut……

  37. salut buat pemenang nya mengharumkan lagi nama Indonesia

    ________________________

    Yari NK replies:

    Mudah2an Indonesia bisa melahirkan lebih banyak lagi juara2 Olimpiade di masa mendatang… baik olimpiade sains maupun olimpiade olahraga. 🙂

  38. wow green banget lho but isinya siip lho. kunjungi web site : physics2008.wordpress.com

    ________________________________

    Yari NK replies:

    Terima kasih atas kunjungannya ya. Nanti ada kunjungan balik. Tunggu ya! 🙂

  39. indonesia maJU JANGAN MENJADI NEGARA TERBELAKANG AJA YACH..
    MALU DONG MA SINGAPUR,MALAYSIA,DAN JUGA PEMERINTAHBERI DONG ANGGARAN UNTUK ORANG ORANG JENIUS SUPAYA BISA BERKEMBANGJANGAN MAU TERTINGGAL AJA YAC

    _____________________________

    Yari NK replies:

    Betul….. saran anda layak didengarkan pemerintah!

  40. @Laporan : Sudah ada Olimpiade Geografi, lebih tepatnya mencakup ke Kebumian (Geografi, Geologi, Geofisika, Oseanologi, Meteorologi, Klimatologi, Astronomi). Mulai dipertandingkan di Indonesia sejak 2008, di OSN ke VI di Makassar. Olimpiade Internasionalnya juga sudah ada, yaitu IESO (International Earth Science Olympiad), yang diselenggarakan sejak 2007. Memang masih tergolong baru 😀

    ______________________________________

    Yari NK replies:

    Bagaimana dengan hasil yang didapat Indonesia?? Apa udah ada laporannya juga??

  41. langsung dikutip dari sumbernya:

    Lebih kurang seminggu yang lalu saya mendapatkan informasi bahwa kegiatan Lomba Olimpiade Sains yang bulan April 2008 ini akan memasuki tahap seleksi kabupaten/ kota mempunyai cabang baru yaitu Olimpiade Kebumian, sebagai ajang kompetisi yang meliputi geologi, geofisika, oseanografi, meteorologi, dan astronomi.

    Kegiatan ini dipayungi International Geoscience Education Organization (IGEO). Olimpiade Kebumian atau yang nama internasionalnya International Earth Science Olympiad (IESO 1st) baru pertama kali diselenggarakan di Daegu, Korsel tanggal 7-15 Oktober 2007 dengan prestasi yang diraih utusan Indonesia dengan 4 siswanya berupa medali perunggu. (Lumayan untuk pemula).

    IESO ke-2 diselenggarakan september 2008 di Filipina dan IESO ke-3 di Taiwan tahun 2009. Siswa Indonesia dalam IESO Ke-1 di Daegu, Korea Selatan: NIZAUL FAHMI (SMAN-1 Sulang Rembang Kelas XII), DIAH ANISA DWIRINI (SMAN-4 Yogyakarta Kelas XII), ZAINAL IMRON HIDAYAT (SMAN-1 Banjarnegara Kelas XI), MELLIZA PRETTY PUTRI UTAMI (SMAN-1 Pontianak Kelas XII).

    Tentang IESO kedua, ada website ini, sayangnya, tidak seperti website olimpiade internasional yang lain, negara peserta saja tidak ada 😦

    _______________________________

    Yari NK replies:

    Wah….. informasinya cukup yahud nih…. coba nanti saya cek ke website tersebut. Thanks ya atas infonya. 🙂

Tinggalkan Balasan ke qizinklaziva Batalkan balasan