Syukur Tidak Perlu Upacara Lagi…..

Ketika kebetulan tengah menonton acara-acara olimpiade yang disiarkan oleh televisi China CCTV 1, saya menyaksikan seremoni pengalungan medali kepada para pemenang di salah satu nomor renang. Perenang putri Italia, Federica Pellegrini, memenangi medali emas. Ketika diperdengarkan lagu kebangsaan Italia, Il canto degli Italiani atau yang lebih dikenal dengan Inno di Mameli, nampak Pellegrini dengan riang dan tertawa-tawa kecil ikut menyanyikan lagu kebangsaan tersebut sambil bertepuk-tepuk mengiringi irama lagu. Penonton di Beijingpun akhirnya juga ikut-ikutan bertepuk tangan mengiringi lagu kebangsaan Italia tersebut. Sikap Pellegrini dalam menghormati bendera dan lagu kebangsaan jauh dari kesan “angker” atau serius, berbeda dengan kita pada saat menyayikan lagu Indonesia Raya yang “wajib” serius itu.

Rafael Nadal, petenis top dunia asal Spanyol, ketika memenangi gelar tunggal putra di Wimbledon 2008, gelar yang telah lama dinanti-nantikannya, setelah mengalahkan Roger Federer di final, menerima bendera Spanyol dari salah satu penonton Spanyol yang hadir pada saat itu. Namun bendera Spanyol tersebut tidak dibentangkan dan dikibarkannya, hanya tergenggam kusut di tangannya sementara Nadal tetap mengacungkan kedua tangannya untuk merayakan kemenangannya. Entah karena sangking gembiranya sehingga ia lupa dengan bendera Spanyol yang digenggamnya atau karena ia merasa bahwa di Wimbledon ia bermain untuk dirinya sendiri, bukan untuk Spanyol, sehingga ia lupa tidak membentangkan dan mengibarkan bendera Spanyol tersebut. Padahal pada saat itu hadir anggota keluarga kerajaan Spanyol di Wimbledon. Kasus lain adalah, di Olimpiade Athina 2004, ketika salah satu atlit balap sepeda Perancis (saya lupa namanya) memenangi salah satu nomor balap sepeda off-road. Setelah menang, ia melambaikan bendera Perancis yang ia dapat dari penonton. Begitu ia melihat bendera Perancis yang berukuran lebih besar, ia menyampakkan ke tanah bendera Perancis yang digenggamnya dan menyambar bendera Perancis yang lebih besar tersebut dari penonton. Namun setelah lelah ia melakukan victory lap , bendera Perancis tersebut lagi-lagi ia campakkan ke tanah. Perlakuan atlit Perancis tersebut terhadap bendera nasionalnya, kalau di Indonesia bakalan dianggap tidak nasionalis ataupun tidak menghargai.

Di Indonesia, boleh saja orang berkata: “biarlah mereka seperti itu, kita tidak perlu seperti itu, dan tetap menghargai bendera dan lagu kebangsaan kita”. Namun, boleh juga kan sebagian orang lain (termasuk saya) berkata bahwa: “menghormati bendera dan lagu kebangsaan boleh-boleh saja, tetapi tidak usah terlalu over, sehingga bendera dan lagu nasional seperti setengah ‘dikeramatkan'”. Saya sendiri jadi ingat waktu SMA dulu, setiap Senin dijawibkan upacara bendera yang memakan waktu 1 jam pelajaran sekolah sendiri. Padahal hitung selama setahun, berapa jam pelajaran yang terbuang hanya untuk upacara bendera yang seharusnya dapat diisi dengan pelajaran lain yang lebih bermanfaat. Apakah upacara bendera dapat mempertebal rasa nasionalisme kita ?? Hanya anda sendiri yang dapat menjawabnya. Silahkan…. anda berpendapat…. ini kan negara bebas…….

Yang jelas… menurut saya….. menghormati negara kita, tidak hanya dengan cara-cara menghormati simbol-simbol negara kita dengan kaku saja. Banyak cara untuk menghormati negara kita dengan cara yang lebih efektif dan lebih nyata. Berprestasi setinggi mungkin termasuk para atlit-atlit (dan lain-lainnya) yang berprestasi dunia tentu merupakan cara menghormati negara dan bangsa dengan baik. Prestasi diukir dan dipersembahkan untuk negara dan bangsa. Sebuah persembahan yang tentu saja luar biasa besarnya. Bahkan seyogianya justru negara dan bangsa yang menghormati mereka karena mereka telah mengharumkan nama bangsanya. Apalah artinya sebuah negara tanpa rakyatnya. Apalagi rakyat yang kaya akan prestasi. Tanpa rakyat yang berprestasi yang mengharumkan bangsa bak eau de parfum, bangsa tersebut hanya berbau kecut atau berbau ketiak, sehingga bangsa-bangsa lain akan menutup hidung terhadap bangsa tersebut.

Tentu mengharumkan nama bangsa tidak harus lewat olimpiade atau forum-forum resmi lainnya. Sebuah bangsa yang maju dan makmur tentu itu berarti “seluruh” rakyatnya mampu memberi keharuman bagi nama negara dan bangsanya. Mari, kita harumkan nama bangsa kita dengan tindakan-tindakan nyata (agak klise tapi memang seharusnya begitu :mrgreen: ) dan mulai mengurangi sifat-sifat yang bersifat seremonial yang tidak perlu. Bukan berarti upacara bendera harus dihilangkan sama sekali, ya bukan begitu, namun janganlah hal-hal seperti upacara bendera menjadi barometer dalam pengukuran seseorang apakah ia nasionalis atau tidak…..

Nah, sekian saja tulisan saya menyambut 17 Agustus tahun ini. Tulisan ini saya buat tanggal 17 Agustus pukul 10 pagi, namun baru saya terbitkan hari ini (18 Agustus 2008). Saya hari ini mau bersantai di rumah, bebas dari upacara dan tetek bengek lainnya. Acara 17 Agustusan di kantor, adalah hari ini (18 Agustus). Tidak ada upacara2 bendera, yang ada hanya fun dan fun saja…. hehehe…… Ok deh….. saya mau nonton TV lagi, nonton acara olimpiade atau film2 di HBO, Cinemax, HBO Signature atau StarMovies. Ogah melihat upacara 17 Agustusan di Istana Negara yang disiarkan seluruh televisi nasional…..menjemukan…….

37 responses to “Syukur Tidak Perlu Upacara Lagi…..

  1. *pertamax ada yang gratis ndak ?*

    Saya tidak bisa menghitung lagi, sudah berapa tahun saya tidak mengikuti upacara bendera ? Kalo kang yari …. sejak mengikuti upacara bendera paling terakhir hingga sekarang, sudah berapa tahun ?

  2. Rrafael nadal ternyata dia juga membela spanyol di olimpiade dan dpt medali emas pula walaupun dia ogah mengibarkan bendera spanyol waktu di wimbledon. memang nasionalisme tdk bisa diukur hanya dengan seriusnya menghormati bendera dan lagu kebangsaan saja.

  3. Selamat kepada markis kido dan hendra setiawan.. Emas.. Oh Emas.. *gila mode ON*

  4. bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai pahlawannya..( kata siapa yahh..kalo pak harto pahlawan juga dong…waluapun ndak dimakamkan di makam pahlawan…hee..hee..(32 tahun recordnya )

  5. capek yang kita rasakan saat upacara tidak seberapa jika dibandingkan dengan capek dan lelah di masa perjuangan. Memang tidak diwajibkan untuk mengikuti upacara namun mohon jangan beranggapan miring terhadap mereka yang melakukan upacara maupun upacaranya sendiri. Saya pribadi tidak selalu sreg dengan berbagai upacara seremonial yang begitu “wah” dan wkt persiapannya yang lama karena yang terpenting adalah nilai yang harus dipetik dalam setiap peringangatannya..
    Kita tidak perlu bersikap seolah2 kita mengkeramatkan hal2 seperti bendera, lagu kebangsaan dll, yang kita lakukan hanyalah menghargai selayaknya, sama seperti kita menghargai saudara ataupun sahabat kita bukan berarti mereka kita keramatkan hinga akhir hayat, cuma beda perlakuannya saja.
    Dan jika memang cara menunjukkan nasionalisme tidak dengan harus ikut upacara atau hormat saya pun sependapat, tinggal kita bertanya pada diri kita sendiri apakah yang sudah saya lakukan untuk menghargai negara ini ?.. apakah saya sudah cukup berprestasi ?

  6. “Silahkan…. anda berpendapat…. ini kan negara bebas…….,

    tapi belum liberal pak :-p
    katanya sih negara hukum & beragama tapi gak tau prakteknya gimana

  7. susah juga kalo ngukur nasionalisme oleh sebuah seremoni atas sebuah simbol. Coba aza perhatiin di gedung-gedung pemerintahan (legislatif, eksekutif, dan yudikatif), di dalamnya pasti ada lambang burung garuda dan terpasang bendera tiap hari. Apakah kelakuan mereka udah nunjukin kecintaannya pada tanah air??? Auk ah gelap!

  8. Selepas SMU saya enggak pernah ikut upacara bendera …namun ngikuti upacara di Istana Merdeka…lewat Tipi..he he..

  9. Sejak ngga’ ikut orang beberapa tahun yang lalu, saya sudah tidak merasakan upacara bendera lagi, saya ngga’ tau apakah itu dinamakan “Merdeka” atau bukan. Yang jelas upacara atau tidak, sama saja buat saya. Saya tetep cinta Indonesia 🙂

  10. Saya baru dua tahun tak ikut upacara…..tapi tetap saja senang menonton upacara pengibaran bendera di istana merdeka. Mungkin karena seringnya ayah ibu dulu cerita tentang perang kemerdekaan……
    Bahkan di kompleksku sekarang, yang penghuninya 90% berumur di atas 60 tahun, malam 17 Agustus diadakan acara renungan di tanah lapang…ibu-ibu dan bapak yang sudah sepuh (tua), dengan gembira hadir, melakukan renungan, apa yang telah kita capai. Acara diteruskan oleh salah seorang ibu sepuh yang menceritakan pengalaman nya saat berjuang…sangat menyentuh, hal yang tak saya alami saat tinggal di kompleks rumah dinas (maklum penghuninya adalah kaum muda, yang masih aktif dan sibuk mengejar karir).

    Anak-anak muda ikut duduk mendengarkan cerita ibu sepuh tadi, termasuk anak sulungku.

  11. upacara tujuh-belasan tetap penting dalam upaya merenung tentang keteladanan para pahlawan……dan tentunya membangun spirit juang…..di sisi lain saya sependapat bahwa acara seremonial seperti itu jangan dijadikan patokan atau ukuran tentang kejuangan atau kecintaan seseorang atau kelompok kepada tanah airnya Indonesia……masih banyak ranah juang lain seperti yang dilakukan petani,nelayan,peternak,mantri kesehatan,peneliti, guru,dsb……nah siapa tahu juga para blogger yang mampu mengisi blognya dengan pesan-pesan positif……dalam ikut mencerdaskan bangsa bisa dikatakan termasuk orang-orang berprestasi dan membanggakan bagi bangsanya……..wallahualam….

  12. kalo ngak ada upacara bendera. .. pasti ngak ada yang hapal pancasila 😀
    hehehe

  13. stuju pak…kecintaan thd bangsa mnurut fi jg ga bisa hanya diukur dari rajin atau tidaknya kita mengikuti seremoni kenegaraan *fi aja males apel,hi..*, tapi fi masih seneng jg si nonton upacara 17an yang di istana merdeka, walopun untuk taun ini kurang “kerasa”. humm…tp kalo dsuruh ikutan seremoni di beijing tanggal 16 malem kmaren bareng Hendra/Kido si mau bangeeet, cuman aubade-nya dibawa langsung dari Indonesia aja, kekeke…

  14. Kang Yari … saya sependapat bahwa nasionalisme TIDAK HANYA ditunjukkan dengan hal-hal yang sifatnya simbolik seperti upacara, melainkan berbagai hal-hal konkrit dalam kehidupan … SETUJU …

    Walaupun demikian, buat saya pribadi, hal-hal yang sifatnya simbol seperti upacara juga oke oke saja, malahan dalam beberapa kasus sangat bermakna. Misalnya, saya juga pernah diundang ikut upacara bendera di Istana Merdeka dulu, sudah lama, dan memang memberikan nuansa yang berbeda untuk rakyat jelata seperti saya … he he he …

    Kesimpulan saya, simbol oke saja, tetapi memang pemaknaan dan tindakan konkrit jauh lebih penting ….

    Merdeka Kang !

  15. Seyuju, banyak cara. Lebih penting dengan melakukan, berbuat untuk bangsa ini, bukan saja mengambil tetapi memberi. Sala. Merdeka.

  16. Dua hal yang penting: Pertama, bagaimana kita menghargai perjuangan untuk mencapai kemerdekaan itu dan di jaman sekarang upacara bendera bukan satu-satunya cara. Banyak pakar marketing, komunikatorl dan konsultan image yang bagus yang bisa membantu menyampaikan semangat perjuangan itu ke penjuru negeri dan yang kedua adalah bagaimana berbuat sesuatu untuk menjadi lebih baik, mengisi kemerdekaan dengan sebaik mungkin dan menuju kehidupan bernegara yang sejahtera, tenang, tentram, dan dami.

    *dan saya termasuk yang paling malas ikut upacara bendera*

  17. Dengan ikut upacara bendera di jaman sekolah, saya koq nggak merasa nasionalis banget. Nasionalis yang saya rasa justru ada ketika saya merasa ada semangat kebersamaan dalam bentuk gotong royong yang dilakukan masyarakat indonesia dimanapun. Tapi gimana donk…yang namanya upacara bendera sudah mendarah daging harus wajib kudu ada penaikan bendera, dan itu terjadi dimana2.

    Bener juga….jadi syukur itu nggak harus di buktikan lagi dengan menghormati bendera atau ikut upacara koq. Lihat nggak waktu 17 kemaren. Saat pengibaran bendera yang di podium hanya beberapa orang yang melakukan penghormatan. banyaknya yang di barisan depan. padahal yang di podiumpun masih peserta upacara. Kira2 di lemparin pak kumendan nggak ya…kalo tidak menghormat.

  18. @adipati kademangan

    Wah… saya lupa udah berapa tahun ya saya tidak mengikuti upacara bendera… sepertinya sih lebih dari 15 tahun… hehehe… sepertinya sih ogah ikutan lagi….. 😀

    @AgusBin

    Betul Bin… Rafael Nadal dengan sukarela membela Spanyol walau di olimpiade hanya mendapatkan medali emas saja dan tidak ada hadiah uang (entah jikalau dihadiahi oleh pemerintahnya….)

    @Dhimas

    Ya… selamat untuk keduanya yang sudah mengharumkan nama Indonesia….. 🙂

    @fahrizalmochrin

    Ya… betul sekali…. mari kita menghargai pahlawan… jangan hanya cuma upacara bendera saja tiap minggunya tahunnya! 🙂

    @gunawanwe

    Sebenarnya apa yang disiratkan oleh saya di atas, bukan masalah upacara benderanya melainkan adalah upacara benderanya sendiri yang seolah2 dijadikan barometer dalam menilai seseorang nasionalis atau tidak, serta “pemaksaan” ikut upacara bendera terutama pada instansi2 sipil, itu yang saya kurang tidak setuju.

    Betul sekali mas gun, capek pada saat perjuangan tidak setimpal dengan capek pada waktu upacara. JUSTRU ITU, kasihan sekali jika upaya pejuang2 kita HANYA dihormati dengan upacara bendera saja. Sementara banyak para pejuang yang kini masih hidup, malah dilupakan dan ditelantarkan….. sungguh ironis…… 😦

    Tentang nilai2 yang dianut dalam suatu upacara, ya boleh2 saja, namun nilai2 tersebut tidak harus dimanifestasikan dalam bentuk upacara kan?? Atau dengan kata lain upacara belum tentu merupakan manifestasi yang paling representatif dalam menyambut hari kemerdekaan RI….

    Dan betul juga…. kita wajib bertanya pada diri kita sendiri apakah kita sudah berprestasi dan apakah yang sudah kita kerjakan untuk negara ini…. Namun ada yang paling penting yaitu… bagaimana kita akan mewujudkan itu di masa mendatang, dan apa rencana2 kita untuk meningkatkan kemampuan kita di masa mendatang, tanpa hal tersebut pertanyaan tersebut hanya akan tetap menjadi pertanyaan yang klise tanpa perbaikan sedikitpun 😉

    @Denny Eko Prasetyo

    Kalau “liberal” dalam berpendapat sih tidak mengapa…. asal jangan liberal yang tidak bertanggungjawab dan melanggar nilai2 etika dan kesusilaan…. 😀

    @qizinklaziva

    Mereka mungkin sudah menunjukkan kecintaannya terhadap tanah air, tapi mungkin mereka lebih cinta dengan duit dan kedudukan! :mrgreen:

    @Pulung

    Saya lebih senang lihat olimpiade dibandingkan lihat upacara bendera di istana negara di teve kemarin! :mrgreen:

    @inos

    Cinta Indonesia… wajib kan?? Tapi cinta upacara bendera?? Nggak wajib dong! :mrgreen:

    @edratna

    Kalau saya suka sekali dengan sejarah Perang Dunia I dan Perang Dunia II. Karena dulu saya koleksi miniatur peralatan perang rakitan dari Tamiya. Wah, pokoknya “pelajaran” sejarah yang paling saya suka adalah yang mengenai Perang Dunia II. Mulai dari Adolf Hitler menyerang Polandia hingga Jepang resmi menyerah di kapal USS Missouri, semuanya saya hafal.

    Tapi…. tetap saja saya tidak suka upacara bendera bu…. huehehehe…. :mrgreen:

    @sjafri mangkuprawira

    Tetapi bagi setiap orang, meningkatkan semangat juang belum tentu lewat upacara bendera kan prof?? Karena saya percaya setiap orang adalah unik, dan cara meningkatkan semangat juang pada seseorang juga dengan cara yang berbeda-beda….

    Betul prof…. ranah juang memang banyak sekali…… setiap kali kita belajar dan setiap kali kita bekerja, itupun menurut saya sudah termasuk dalam berjuang…… Yang penting adalah bagaimana setiap kali kita “berjuang” kita dapat menghasilkan sesuatu yang maksimal tanpa merugikan orang lain……..

    @aRuL

    Wah…. itu kan kasus pribadinya aRuL…..
    :mrgreen:

    @pipiew

    Ya… iyalah…. kalau ikut upacara di olimpiade ya saya juga mau… selain lebih fun dan lebih meriah….. juga pengin ngerasain gimana ya rasanya ngikutin upacara pembukaan/penutupan olimpiade! :mrgreen:

    @RIRI SATRIA

    Sebenarnya memang upacara sih boleh2 aja….. apalagi kalau sebagai pengalaman baru… (kalau tiap tahun ya pasti bosen juga kaleee :mrgreen: ) Namun yang saya kurang setuju ya itu tadi “pemaksaan” untuk ikut upacara bendera dan juga penggunaan barometer upacara sebagai alat pengukuran nasionalisme seseorang. Takutnya nanti, bangsa kita akan terbiasa mengukur sesuatu dengan instrumen yang kurang akurat dan kurang presisi. Instrumennya tidak salah lho, hanya saja kurang akurat dan kurang presisi.

    @Ersis Warmansyah Abbas

    Yes… to take and to give…. tapi bukan hanya uang saja yang diberi sebaiknya juga prestasi….

    @agoyyoga

    Betul sekali…. toh dengan upacara bendera belum tentu nasionalisme kita bertambah tebal….. dan memang anehnya terkadang nasionalisme timbul dengan sendirinya pada saat2 tertentu…. lihat saja waktu pulau2 kita akan diambil Malaysia, rasa nasionalisme kita muncul….. juga pada saat atlit2 kita bertanding, rasa nasionalisme kita muncul…. dan sebagainya.

    Jadi upacara bendera belum tentu mempertebal rasa nasionalisme dan belum tentu orang dapat memetik nilai2 perjuangan dari upacara. Semuanya itu kalau mau jujur pada kebanyakan orang hanyalah sugesti saja. Satu2nya manfaat yang nyata pada upacara pagi hari adalah kita mendapatkan Vitamin D dari sinar matahari yang mengubah senyawa turunan kolesterol di bawah kulit kita menjadi vitamin D ! :mrgreen:

    @Pakde

    Horamt ataupun tidak menghormat bendera, yang penting kita wajib menghormati negara kita dan perjuangan pahlawan kita. Namun penghormatan itu TIDAK HARUS dalam bentuk penghormatan formal terhadap bendera secara kaku…. 😀

  19. Yup… vitamin D dan kulit gosong 😀

  20. Memang keikutsertaan seseorang dalam upacara bendera, atau menghormati negara dengan ikut upacara tidak dapat digunakan untuk mengukur nasionalisme seseorang.

    Tapi, setidaknya, walau barangkali semu, yang ikut upacara itu secara ‘fisik’ lebih nasionalis ketimbang orang yang tidak ikut upacara (karena secara ‘fisik’ ga ada buktinya, dan secara ‘non fisik’,apalagi ga kelihatan, kita tak tahu kandungan hati alias isi hati seseorang). 😀

  21. Pada kenyataannya, masih banyak rakyat Indonesia yang tidak menghargai Bangsa Indonesia. Masih merasa belum merdeka. Masih merasa terhina sebagai Bangsa Indonesia.

  22. klo menurut saya….
    memang bendera & hal spt itu tidk perlu di puja2……

    harumnya nama kita di internasional bisa diwujudkan dengan prestasi yang terukir oleh para warga negara nya………. 😀

  23. kang blog saya dh pinda ke afwan.net

    silahkan mampir…. commentnya udh diperbaiki

  24. Memang betul, menjadi budaya di Indonesia. Segala sesuatu diukur berdasarkan tata, cara, sere, dan moni. Padahal itu hanya formalitas saja. Pokok permasalahnya adalah sejauhmana esensi mendorong dalam bertindak.
    Di Amerika bendera dijadikan bahan celana dalam untuk syuting film BF :mrgreen: Tapi tetep menjadi negara kuat dan adi daya.

  25. walah, gimana yah, tergantung nilai yang berlaku sih. kalo di dunia militer upacara adalah satu hal yang wajib. susah juga….

  26. Sepertinya sesuatu yang “seragam” tak selamanya bermanfaat.
    Entah sudah berapa belas tahun aku tak lagi mengikuti apa itu upacara. Kadang rindu, kadang berpikir: “Apa-apaan…” :p

  27. Betul Pak Yari. Menghormati negara itu tidak harus melalui perayaan kemerdekaan dengan menghambur-hamburkan uang seperti tahun ini. Kesannya terlalu boros, padahal dana tersebut masih bisa digunakan untuk keperluan yang lebih penting.
    Menghormati negara bisa diwujudkan dalam bentuk prestasi seperti yang dilakukan oleh Hendra Setiawan dan Markis Kido dengan menyumbangkan emas buat Indonesia di Olimpiade.

  28. Ingin TERCERAHKAN tentang problem dunia? Lihat “PLANET ROBOT” di blog kami. Maaantteeebb!!!!

  29. Ztttt…, istirahat sejenak. Rasakan dahsyatnya PENCERAHAN dari buku MUSLIMONOT di blog kami. Ayo mampir dulu!

  30. @agoyyoga

    Bukan kulit gosong… kulit belang lagi….. yang ketutup pakaian tetep aja putih! :mrgreen:

    @Al Jupri

    Ooo… secara “fisik” lebih nasionalis ya?? Wait a minute….. nasionalis atau takutnalis nih…. alias takut dihukum sama kepala sekolah atau takut “dipecat” dari institusi yang bersangkutan?? :mrgreen:

    @Iwan Awaludin

    Yah… begitulah pak…. yang bisa menentukan nasib bangsa ini dan mengubahnya dari bangsa terhina menjadi bangsa bermartabat ya hanya bangsa kita sendiri saja…… nggak mungkin bangsa lain kan??

    @afwan auliyar

    Betul….. bendera cuma simbol saja…. tidak usah harus dihormati berlebihan…..

    @didta

    Sukurin juga deh! :mrgreen:

    @laporan

    Yah…. begitulah bangsa kita selalu terjebak dengan yang namanya formalitas. Walaupun dalam banyak hal, formalitas juga perlu tetapi terkadang kita malah melupakan esensinya……..

    @zulfikar

    Di dunia militer mungkin hal tersebut untuk meningkatkan disiplin, ya mungkin sah2 saja, tetapi di dunia sipil?? Apa upacara bisa membuat orang lebih baik nasionalismenya??

    @Daniel Mahendra

    Kalau abis upacara dikasih minum dan makan gratis, saya pasti akan terus “rindu” dengan yang namanya upacara tersebut! :mrgreen:

    @Edi Psw

    Yang saya tidak setuju adalah “pemaksaan” untuk ikut upacara bendera setiap tanggal 17 Agustus (atau setiap minggu pada anak sekolah, sekarang masih ya??). Penghormatan terhadap negara, bangsa dan pahlawan tidak melulu harus lewat upacara.

    @BigBaNG

    Terims atas infonya……

  31. dasar enggak nasionalis he…he…he… :mrgreen:

  32. Merdeka, Pak!
    Salam kenal…

  33. Tempat saya masih upacara, Pak…
    Dan upacara berlangsung dengan sangat khidmat…

  34. jadi inget acara mewah di gelora bung karno pas hari kebangkitan nasional, 100 tahun kebangkitan bangsa. Waktu itu ada acara pemerintah yang membuat ribuan orang ngerusak lapangan sepakbola gelora bung karno, padahal besoknya indonesia main ama bayern munchen!

    sebulan kemudian, pak jusuf ka**a (wapres) diundang nonton pembukaan euro 2008 di salah satu tv nasional, bilang:

    “Naaah, kalau di luar negeri kan acara pembukaan lapangannya dilapisi supaya tidak rusak. Kalau kita? Langsung saja injak rumput, makanya cepat rusak.”

    dasar JK dod**, gak bercermin ke negeri sendiri dulu.

    *sori kalo ga nyambung ma 17an

  35. @anggara

    Biarin deh….. asal nggak sifilis….. :mrgreen:

    @Donny Verdian

    Merdeka juga dan salam kenal juga! 😀

    @sapimoto

    Wah…. sementara orang lain khidmat upacara saya juga khidmat di rumah nonton olimpiade di TV huehehehe…. :mrgreen:

    @atmo4th

    Soalnya mungkin yang dalam negeri “tidak bisa” dijadikan contoh yang baik dalam kasus tersebut, jadinya yang dicontohin yang luar negeri deh! Huehehehe….. :mrgreen:

  36. bendera dan lagu kebangsaan termasuk bagian dari simbol kenegaraan, bung yari, menurut saya, memang perlu dibarkan dan dinyanyikan, apalagi kalau pas ada even di luar negeri. ini juga sekaligus menjadi simbol eksistensi bahwa negeri kita masih menadi bagian dari perkampungan dunia!

    ___________________________________

    Yari NK replies:

    Betul sekali….. asal jangan hanya “terbius” dengan simbol2 semata dan justru malah melupakan esensi2 lainnya….. 😀

Tinggalkan Balasan ke Denny Eko Prasetyo Batalkan balasan