Kejujuran

Postingan ini terinspirasi karena saya sedang jelèh dan eneg makan daging akhir-akhir ini. Ini karena pemberitaan gencar akhir-akhir ini di TV one mengenai daging sampah yang naudzubillah terkadang sudah membusuk lantas diolah lagi dan dijual serta dikonsumsi oleh masyarakat. Sejak itu dan untuk beberapa minggu kemudian mungkin saya akan merasa jelèh jikalau makan daging, entah itu daging sapi, ayam, udang dan sebagainya. Sudah tiga hari ini saya tidak mau menyentuh daging yang dimasak di rumah, walaupun saya yakin daging yang dibeli di pasar oleh ma domestique atau mijn bediende  tersebut tentu bukan daging busuk. Sudah tiga hari ini pula saya sahur dengan havermut ( Belanda: havermout. Inggris: oatmeals) ditambah sedikit roomboter atau creamery butter (bukan mentega), sedikit garam, dan telur rebus. Itu saja. Yah, mudah-mudahan setelah pemberitaan tentang daging busuk menghilang dari televisi, selera saya untuk makan daging timbul kembali (walaupun sebenarnya tanpa makan daging bagi saya juga tidak masalah).

Nah, untuk itu, untuk postingan kali ini saya akan mempersembahkan topik yang ringan-ringan saja dan memakai Bahasa Indonesia (sesuai banyak permintaan). Namun diusahakan agar topiknya masih berbau bulan Ramadhan yang penuh berkah ini. Tentu masalah daging busuk yang dijual dalam paragraf di atas masih ada hubungannya dengan “Kejujuran” seperti yang tertera pada judul di atas.

Kejujuran yang akan diangkat ini adalah mengenai kejujuran para pedagang yang menjual daging busuk tersebut terutama para pedagang yang mengolah daging busuk ini menjadi daging yang “siap santap” kembali. Apakah pedagang ini hanya mengejar keuntungan semata dan tidak mengetahui bahwa daging tersebut tidak baik dikonsumsi? Bukankah dalam Islam dalam berdagang seharusnya tidak ada fihak yang dirugikan? Dalam kasus daging busuk ini, konsumen tentu dirugikan karena daging yang busuk telah tercemar oleh bakteri. Hasil sekresi dari bakteri ini yang kurang lebih mirip dengan hasil buangan dari tubuh manusia dan hewan tentu sulit untuk dihilangkan walaupun dengan suhu panas. Bakterinya mungkin mati namun hasil biokimiawi sekresinya belum tentu bisa hilang dalam suhu panas. Bakterinyapun kemungkinan bisa datang dari bermacam-macam sumber termasuk dari kontak dengan kotoran tikus misalnya. Sungguh menjijikkan. Dalam hal ini tentu konsumen sangat dirugikan terutama jikalau daging tersebut dikonsumsi jangka panjang. Kesehatanlah yang menjadi taruhan mereka yang mengkonsumsi daging ini. Kalau akhirnya penyakit datang akibat konsumsi daging busuk dalam jangka panjang (atau jangka pendek) ini tentu akhirnya mereka akan keluar uang juga untuk biaya penyembuhan, dan kalau sudah begini tentu kerugian kesehatan yang diderita konsumen bertambah dengan ‘kerugian’ finansial. Sungguh merupakan kerugian yang berlipat ganda.

Dalam Al-Quran disebutkan:

أَوْفُوا الْكَيْلَ وَلَا تَكُونُوا مِنَ الْمُخْسِرِينَ

وَزِنُوا بِالْقِسْطَاسِ الْمُسْتَقِيمِ

وَلَا تَبْخَسُوا النَّاسَ أَشْيَاءهُمْ وَلَا تَعْثَوْا فِي الْأَرْضِ مُفْسِدِينَ

Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang merugikan; dan timbanglah dengan timbangan yang lurus. Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan. (QS 26:181-183)

Kini jelaslah bahwa jikalau pedagang menyebabkan kerugian (kerugian dalam hal apapun) pada konsumen sangat tidak diperbolehkan dalam Islam. Apakah para pedagang tersebut tidak mengetahui hal tersebut? Ataukah mungkin karena ketidaktahuan para pedagang tersebut yang notabene mungkin berpendidikan kurang bahwa daging tersebut dapat merusak kesehatan bagi mereka yang mengkonsumsinya. Walahualam. Kita harapkan saja semoga para pedagang tersebut sadar apa yang telah mereka lakukan itu salah dan mudah-mudahan mereka tidak melakukannya lagi………

33 responses to “Kejujuran

  1. Saya jadi teringat jaman sahabat-sahabat Nabi Saw ketika memimpin. Banyak cerita-cerita mengenai keteladanan termasuk kejujuran, istiqomah, dan perhatian pada kesejahteraan semua kalangan. Alangkah indahnya jika bangsa kita bisa menikmati ini semua sampai ke anak cucu cicit kelak. Mudah-mudahan keberkahan bulan Ramadhan ini tidak berhenti ketika lebaran tiba. Mudah-mudahan Zakat yang harus dikeluarkan bulan ini bisa dioptimalkan pemanfaatannya untuk kesejahteraan umat. Semoga kita tidak mendengar lagi “kreatifitas” yang salah tempat seperti ini di masa datang.

    Ah saya agak nglantur rupanya. 🙂

  2. ih…menjijikan. udah busuk dikasih zat perwarna utk kain pula. wah bisa merusak kesehatan banget. mungkin gabungan antara ketidak tahuan, ketidak imanan dan jg kemiskinan yg membuat kasus macam ginian muncul di negri kita ini. ah auk ah. hehe..

  3. Selera untuk komen juga berbeda dengan postingan yang basa igris, karena saya tidak bisa lagi bolak-balik kamus igris. 😀

    Yg dirasakan pak Yari juga sama, Saya sendiri merasa neg mendengar berita itu, mungkin orang lain ada yang mual, bahkan muntah jika mendengar berita itu. Ini bentuk usaha yg curang. Bahkan agar terlihat segar dan mengundang selera diberi pewarna textil lagi.

    Btw, sekedar info, vegetarian juga bagus. Sebagian besar dokter jika saya ajak ngobrol mereka vegetarian, katanya neg kalau lihat daging wakakakak :mrgreen: Tapi nyata yg saya ceritakan, mereka mau makan daging tapi ayam dan yang digoreng, selebihnya ikan dan nabati.

  4. Pak, kalo ketemu ama to pedagang, saya mau pesan tiga kilo. Saya bayar dg harga mahal. Tapi syaratnya daging toh untuk dia sendiri dan harus habis……

    Astagfirrullah halazim….. Ya Allah ampunilah saudara-saudara kami yang hilaf, lalu menjual barang2 yg kotor dan tidak layak untuk dijual. Kembalikanlah mereka ke jalan yg benar. Amin.

    Salam kenal, Blog– nya mantap

  5. jujur bgt dah eneg makan daging 😉

  6. Kian hari kian risau saya dengan akhlaq anak-anak bangsa negeri ini. Pemalsuan di mana-mana, korupsi merajalela, untuk mencari rupiah banyak yang sudah mengabaikan aturan halal dan haram dan unsur kemanusiaan. Mereka sudah tidak perduli apakah yang mereka jual akan merugikan orang atau tidak, yang penting bisa jadi uang. Kemarin ttg cingcau yang diberi bedak dan pewarna tekstil, lalu daging sampah, tadi pagi limbah medis yang seharusnya dimusnahkan juga dimanfaatkan menjadi ajang bisnis segelintir orang.

    Ampunilah kami, ya Rabb dan lindungi kami dari tipudaya dan segala keburukan.

  7. gara gara segelintir tak jujur
    pedagang daging lain bs terkena dampaknya
    gawattt….sdh kacau kali negeri ini
    semakin banyak orang tak bs jujur
    gara2 mereka tak jujur
    daging terpaksa diganti sayur

  8. Saya sedih melihat situasi akhir-akhir ini…di blognya, paman Tyo risau mengenai tawuran yang dilakukan antar warga, dan mengenai kampungnya, di Jakarta…..kemarin di Bandung, diberitakan ada beberapa orang meninggal karena minuman keras.
    Padahal ini masih bulan puasa…..
    Juga ayam glonggong (kalau dulu sapi glonggong)…benar2 tak manusiawi…semoga para pedagang tsb dibukakan pintu hatinya untuk tak berbuat yang merugikan orang lain.

    Ingat pesan alm ibu…”Nduk, Gusti Allah ora sare, dadi opo2 kudu dilakoni kanti jujur” (Nak, Tuhan tidak pernah tidur, jadi segala sesuatu harus dilakukan secara jujur).

    Btw, menjadi vegetarian malah bagus lho……dulu saat saya masih kecil, makan daging hanya pada saat selamatan saja.

  9. OOT, apa kabar bung ? selamat menjalankan ibadah puasa :

    nitip link ya, terima kasih :

    Foto-foto “Tragedi Zakat” di Pasuruan

  10. Saya lihat di berita Metro tentang banyaknya orang yang keracunan karena membeli terlur busuk atau daging yang mas Yari sebutkan tsb. Jadi prihatin rasanya. Semoga para pedagang tersebut bisa mulai jujur tidak hanya berorientasi pada keuntungan yang besar lebih baik untung sedikit asalkan halal. terimakasih

  11. Makanya sebelumnya kita memang membeli apapun dari penjual yang diyakini bersih.
    atau liat langsung pemotongan dagingnya, jadi kita akan tau benar2 asli dari daging.
    sy juga skrg memilah milah tempat makan soalny anak kost 😀 hehehe

  12. ga abis pikir ya.. si pengolah makanan sampah itu… dimana letak hati nuraninya?..

  13. @Yoga

    Nah… itu dia…. terkadang anehnya kreativitas orang Indonesia “salah tempat”. Kenapa salah tempat?? Sebab terkadang orang Indonesia itu kalau kreatif kebanyakan yang terdengar selalu ke arah yang lebih negatif. Lihat saja: korupsi, penipuan, penjualan daging busuk, penggundulan hutan…. semuanya adalah hasil kreativitas manusia Indonesia…. Ah… ya udah deh…. semoga kita2 ini ke depannya bisa menghasilkan sebuah kreativitas yang positif. Amin.

    @AgusBin

    Ah… makin pinter memang sampeyan bin….. :mrgreen:

    @laporan

    Wakakakak….. kalau artikelnya Bahasa Inggris nggak nafsu komen ya?? :mrgreen:

    Iya… memang… menjadi vegetarian malah sehat kok. Terbukti secara ilmiah juga. Tapi walaupun vegetarian kalau orangnya merokok ya sama juga oblong dong! Wakakakak….. 😆

    @Jay

    Ya… makanan yang mereka jual itu sudah tercemar oleh najis. Wah… sadis banget…. suruh pedagangnya makan itu semua daging najis. Huehehehe…. Ya, jangan begitulah. Orang sekali2 khilaf yang manusiawi. Atau mungkin saja ia tidak tahu kalau daging tersebut berbahaya bagi kesehatan. Disangkanya dicuci dan dimasak semua bisa bersih lagi seperti pakaian kotor. Nah… kalau setelah diberitahu ia masih mengulangi perbuatannya…. nampaknya memang pelajaran yang paling tepat untuknya adalah memakan seluruh daging2 tersebut sendirian (atau bersama keluarga). Huehehe…. :mrgreen:

    @okta sihotang

    Ya nggak usah makan daging dong…. :mrgreen:

    @indra kh

    Mungkin… kualitas pemimpinnya juga menunjukkan kualitas rakyatnya. Kalau rakyatnya bermental korup seperti itu, yah nggak heran deh kalau pemimpinnya juga bermental korup. Mudah2an Allah melindungi bangsa ini dari kehancuran akibat korupnya mental bangsa ini. Amin.

    @mikekono

    Demi uang yang mengucur
    Pedagang menjadi tidak jujur
    Konsumen mengganti daging jadi sayur….
    Semuanya sudah terlanjur….
    Nasi sudah jadi bubur…..
    **halaah** sahuuur sahuuur sahuuur…… :mrgreen:

    @edratna

    Yah begitulah bu, saya juga prihatin dengan apa yang terjadi akhir2 ini di negeri ini. Namun dengan begitu, saya semakin sadar dan mengetahui kenapa bangsa ini seperti jalan di tempat. Sayangnya mereka tidak pernah menyadarinya…… 😦

    @Robert Manurung

    Terima kasih ya……

    @yulism

    Begitulah mbak yuli…. iman yang tipis…. mental yang korup…. dan juga mungkin kebodohan menyeret mereka bukan hanya ke dalam kenistaan di jalan agama tapi juga menyerempet ke arah penipuan dan mungkin juga kriminalitas….. 😦

    @aRuL

    Yah… masih untung dan bersyukur kalau bisa memilih tempat makan. Nah, mungkin saudara2 kita masih banyak yang tidak bisa memilih2 tempat makan…. Yah mudah2an Allah melindungi mereka. Amin.

    @easy

    Ya… mungkin hati nuraninya sudah habis dijual sebelum mereka menjual daging2 busuk itu. Huehehe….. Just kidding. Yah, kita doakan mudah2an para pedagang tersebut mendapatkan hati nuraninya kembali. Amin.

    @Mas Im

    Yo’i……….

  14. lho pak, kok ndak ngenglish lagi?he..
    miris rasanya mendengar berita ttg daging busuk itu, kok tega gitu lho ya, sasarannya pun orang-orang yang ekonominya rendah. duh, udahlah kurang mampu, dikasi penyakit lagi, hiek..

    oya pak, sekarang lagi gempar berita pasuruan, ditunggu postingannya pak, huehe.. << bpk kan selalu apdate brita2 baruu, hehe..

  15. How does Islam build honesty in the Muslim? Islam builds ethical qualities in general and honesty in particular in several ways:
    1. Instructions. Allah orders the Muslim to be honest in all cases, in all deeds and words, to himself and others.
    2. Reason. Allah shows the Muslim rationally that honesty is the best policy, even on utilitarian bases.
    3. Reward. Allah promises the honest person generous rewards in the first life and in the second life.
    4. Punishment. Allah threatens the dishonest person with severe punishment for his dishonest behaviour.
    5. Practice. Allah develops the habit of honesty in the Muslim through actual practice, i.e., through fasting and prayer.
    **lho kok jadi ngEnglish komen saya** 😉

  16. muamalah sekarang memang kering. karena hanya berebut materi. padahal sejatinya muamalah itu adalah saling memberi manfaat. dan manusia yang paling baik adalah yang paling banyak manfaatnya.
    saya kutip sebuah cerita kontemplatif yang cukup menggugah, dan mungkin bisa menambah suasana…

    BOCAH MISTERIUS

    dan jangan lupa dukung

    BLOGGER SELAMATKAN BABAKAN SILIWANGI

    BLOGGER JANGAN KALAH DUA KALI

  17. Untuk Mas Yari dan para (calon) vegetarian: Anda sekalian nanti tahu dari mana kalau sayur-sayuran yang anda makan itu juga bukan berasal dari sisa sampah? 😀 To be more serious, masalah penggunaan pestisida dan zat-zat kimia lainnya dalam pertanian juga sama mengkhawatirkannya bagi saya… 😕 Memang yang paling aman itu ya apa-apa dilakukan sendiri; tanam sayur sendiri atau pelihara ayam/kambing/sapi sendiri…

    Terkait kasus ini, saya penasaran akan motif para pengolah daging ini: Lebih ke arah keputusasaan atau ketamakan. Kalau saya mau kejam, saya suruh mereka mengkonsumsi daging buatan mereka selama seumur hidup mereka; respon mereka nantinya bisa menunjukkan motif mana yang lebih dominan.

  18. kejujuran saat ini jadi sikap yang langka mas… semua ingin mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya…
    dari pedagang kecil sampai pejabat besar makin jauh dari kejujuran, karena sudah tercekoki racun materi!

  19. Untuk sekarang tampaknya saya lebih memilih untuk anti daging …..

    dan semua itu terjadi karena ketidakjujuran itu telah menjadi momok yang sulit unutk diberantas …..

  20. karena daging sudah didaur
    hatiku pun sngatlah hancur
    sebab sahur pun disuguhi bubur
    hai jujulah sebelum terbujur…..jur….jur

  21. Masalahnya ada di lemahnya ekonomi masyarakat kita. Mereka cuma berfikir bagaimana caranya saya bisa makan. Orang lain rugi terserah, pokoknya ada uang yang didapat.

    Ini mungkin yang bikin ada kasus-kasus makanan berformalin, pewarna kain, sampai rebutan zakat di Pasuruan tempo hari.

    Masalahnya memperbaiki ekonomi juga bukan hal yang gampang… 😐

  22. bener2 sulit dinalar bung yari. apa pun motifnya, mendaur-ulang makanan, termasuk daging, yang sudah membusuk, jelas2 merupakan bentuk manipulasi yang hanya sekadar berorientasi materi. jadi ndak bisa disamakan dg daurulang benda2 an-organik yang lain. menurut hemat saya, mereka kok pasti tahu, ttg dampak daurulang daging itu. bisa jadi makn banyak konsumen dagng yang tiba2 jadi alergi akibat fenomena itu.

  23. Begitulah, perilaku sebagian anak bangsa ini semakin aneh. Kejujuran semakin menjauh dari kehidupan disatu sisi, disisi lainnya, kejujuran harus diperjuangkan dan dipraktikkan. Kita tidak boleh pesimis seperti juga jangan terlalu optimis, kuncinya berusa, dan lebih penting … saling mengingatkan sepert postingan bagus ini. Salam.

  24. @pipiew

    Bener mbak Pipiew…. itu namanya sudah jatuh tertimpa tangga pula ya… 😦

    @inos

    Yes mas inos I realise that honesty is built through various ways. But unfortunately this article does not tell of honesty in general. It tells of honesty in increasing wealth. However, thanks for the comment, it enriches our knowledge even if it is probably a duplicate work…. :mrgreen:

    @tren di bandung

    Ya betul….. seyogianya muamalah memang memberikan manfaat, dan memang setiap orang jikalau semakin besar manfaatnya (dalam bidang apapun) maka ialah orang yang berjaya…..

    Terims atas komennya, saya akan menuju artikel anda pada saat saya ada waktu nanti dan meninggalkan komen di sana….

    @Catshade

    Betul sekali….. bahaya pestisida memang sangat membahayakan kesehatan manusia, memang mungkin saja sayuran yang kita makan bisa juga berasal dari sampah seperti yang terjadi pada daging. Tapi kemungkinan lebih kecil karena harganya relatif lebih murah, jadi mungkin sayuran yang baikpun masih terjangkau oleh masyarakat, dan mungkin membuat “make-upbelieve” sayuran lebih sulit daripada daging agar nampak realistis, dan jikalau berhasil mungkin justru harganya menjadi kurang ekonomis lagi.

    Memang sebaiknya sayuran dan tanaman baiknya ditanam di rumah sendiri karena perjalanan sayuran tersebut menjadi lebih pendek ke meja makan kita dan kita mudah mengawasinya. Tapi untuk zaman sekarang?? Hmm… hampir tak mungkin. Namun, bagaimanapun juga tak ada salahnya jadi vegetarian (walaupun saya tidak berminat 100% jadi vegetarian), minimal menjadi vegetarian (bagi manusia) masih jauh lebih baik dibandingkan menjadi karnivora, walupun tetap harus hati2 juga karena sayuran/buah2an yang secara kosmetik bagus belum tentu aman 100% juga.

    @qizinklaziva

    mabok materi tapi miskin iman, miskin moral, miskin mental, mskin ekonomi ditambah miskin prestasi. Wah…. gawat deh….

    @Muda Berantara

    Memang sulit untuk diberantas, tetapi kita tidak boleh berputus-asa dalam memberantasnya….. 😀

    @mikekono

    Karena daging didaur….
    kejujuranpun hancur….
    menipupun menjadi manjur….
    karena membuat uang mengucur….
    tapi sebelum jiwa raga terbujur….
    mari kita kumpulkan benih2 kejujuran untuk ditabur….. :mrgreen:

    @ardianto

    perbaikan ekonomi memang bukan masalah gampang…. tetapi itu bukan berarti melegalkan ketidakjujuran bagi mereka…. karena toh perbaikan ekonomi tidak bisa ditegakkan dengan ketidakjujuran…..

    @Sawali Tuhusetya

    Mereka musti tahu… tapi mungkin mereka pura2 tak tahu…. bisa jadi juga mereka tahu itu tidak baik tetapi tidak tahu dampaknya jika dikonsumsi oleh masyarakat. Namun mudah2an jikalau sudah diberitahu dan disebarluaskan lewat media, tidak ada lagi alasan untuk tidak mengetahuinya…..

    @Ersis Warmansyah Abbas

    Perbuatan salah sekali dua kali memang sangat manusiawi pak. Untuk itu memang mari saling mengingatkan karena memang suatu saat kitapun pasti juga pernah dan akan berbuat salah…. disadari atau tidak…… dan yang penting adalah penyesalan tidak mengulangi perbuatan buruk tersebut lagi…. 🙂

  25. alhamdulilah akhirnya bahasa indo juga 😀
    wahh bicara kejujuran ini sangat susah mas
    sekian banyak manusia didunia ini tidak akan pernah lupa lawan dari kejujuran alias kebohongan

    orang jujur sangat susah didapat itupun enggak jujur2 juga mas 😀

    ______________________________

    Yari NK replies:

    Ya… bahasa Indo lagi sesuai banyak permintaah… huehehe….

    Manusia memang tidak ada yang sempurna. Namun bagaimanapun juga, jikalau kebohongan itu dapat membahayakan kesehatan atau jiwa seseorang, kebohongan tersebut akan menjadi sangat buruk… 🙂 Mudah2an kita tidak seperti itu ya Insya Allah….

  26. Jujur itu di hati, sulit dimaterialkan dan tak merasa ada yang mengawasi. Hanya pedagang daging yang memiiki “jujur sejati” yang masih memiliki nurani yang mau hidup jujur dimanapun berada, meskipun tak menguntungkan.

    Benar sekali bisa jadi terkait dengan pendidikan namun pendidikan juga bisa terabaikan… mungkin faktornya kalau mau diasumsikan adalah rasa keterikatan dengan moralitas yang tidak rekat lagi. Sedih mas enek kata orang Cirebon sih.. 😀

    btw, sekrang Kang Yari blognya bertebaran huruf hijaiyah apakah sejak masa puasa nih.. terus apakah semangat blog lamanya yang bernaunsa iptek tidak terbit lagi.. hahah… ketahuan gak pernah kemari lama banget ya bos… 😀

    ___________________________________

    Yari NK replies:

    Moralitas yang rendah, keimanan yang rendah, tingkat ekonomi yang rendah ditambah pendidikan yang rendah benar-benar merusak tatanan yang ada dalam masyarakat. Namun mudah2an hal ini tidak akan terjadi terus-menerus di negara ini ya mas Kurt.

    Btw, selama bulan Ramadhan ini blog saya akan berubah wajah. Setelah bulan Ramadhan blog saya akan kembali lagi dengan nuansa iptek gado-gado yang tidak berkepribadian itu…. huehehehe….. :mrgreen:

  27. Ping-balik: Pedagang harus Curang? « SANTRI BUNTET

  28. Mereka tidak jujur karena imannya kurang. Apalagi menghadapi problematika kehidupan yang keras. Mereka beranggapan bahwa mencari duit dengan cara haram aja susah, apalagi dengan cara jujur.

    ___________________________

    Yari NK replies:

    Mencari dengan cara haram saja susah, apalagi dengan cara jujur

    Suatu pernyataan yang menarik pak. Sayangnya mereka dulu nggak sadar, setelah mereka tertangkap basah kini keadaan mereka menjadi jauh lebih sulit lagi daripada jikalau mereka dulu mencari dengan cara jujur.

  29. mas yariNK……Kebutuhan konsumen yang meningkat di bulan ramadhan dijadikan momentum yang menguntungkan……. sementara longgarnya pengawasan kualitas barang oleh pihak terkait dimanfaatkannya….. mental mereka begitu mengerikan…… ada yang memanipulasi kualitas dengan menjual makanan dan minuman kadaluarsa……. sampai-sampai banyak konsumen yang keracunan…… dan ada daging oplosan dan gelonggongan yang haram……Astagfirullah….. entah apa yang ingin dituju pengusaha dan pedagang dengan perilaku berjualan seperti itu…… tampaknya yang penting adalah menghalalkan segala cara untuk meraih kenikmatan sesaat yang bakal sesat di kemudian hari……..”dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit”…(Thaahaa; 124).

    ____________________________

    Yari NK replies:

    Yah… begitulah prof…. kesadaran keimanan yang kurang dan mungkin juga minimnya pengetahuan membuat para pedagang itu membuat cara yang pintas. Mengais keuntungan sebesar2nya dengan pengorbanan sekecil2nya, jikalau pengorbanan itu harus besar, biarlah yang berkorban adalah orang lain, dalam hal ini adalah konsumen. Sungguh perbuatan yang keji. Naudzubillah mindzalik.

  30. Yari, ini adalah sebuah cerita yang diadaptasi dari kisah nyata mengenai arti kejujuran yang saya peroleh dari seorang teman.

    Di sebuah negeri Antah Berantah yang modern penuh life style, hiduplah seorang cendekia yang sangat mumpuni dan murah hati. Dia selalu siap membantu warga Antah Berantah yang membutuhkan. Dengan demikian Cendekia ini makin terkenal saja.

    Suatu waktu ada seorang dari negara Intih Berintih, sebut saja si Fulan, mengirim surat pada sang Cendekia untuk membantunya melakukan sesuatu. Anehnya surat itu tidak pernah dibalas oleh sang Cendekia. Walaupun si Fulan itu sudah mengirimnya berkali-kali, bahkan pakai kurir sekalipun karena takut tidak sampai. Tetapi tetap saja tidak mendapat tanggapan, padahal itu permintaan bantuan yang sangat sederhana saja.

    Tentu saja si Fulan merasa kecewa, sedih dan tidak habis pikir mengapa sang Cendekia berlaku demikian diskriminatif terhadap warga Intih Berintih yang miskin dan kuno?

    Akhirnya si Fulan itu berkesimpulan seperti ini:
    Life is not only what we will get from what we have done, but also the process and benefit to other who’s perceived will not give back something in return.

    ________________________________________

    Yari NK replies:

    Yes Adji you are right. But we often don’t realise that a purpose/result is the end destination of a process, no matter what it is. And often we hyprocritely overlook it. But to some extent I admit that you are right. Like the quote given above it says that “Life is not only what we will get from what we have done, but also the process and benefit to other who’s perceived will not give back something in return”. But we forgot that we will always hope to get something even it would not affect us directly. We give something in hope that Allah will reward us, we raise the chairty so the society will be financially improved or wealthier, etc. Now suppose that a person steals something, but he insists that he has restrained himself the best he can from stealing, but because it is close to Id-ul-Fitr he needs money and he can’t help stealing. And he is right, he actually tried the best to restrain himself from stealing. But do we let him go away with impunity??

    What I’m saying here is of course the process itself is very important, without it there will be no results. But OFTEN it is the result that tells the process “Hey….. something has gone wrong with you, you have to improve yourself, man!” That’s why to me both are approximately in balance. 🙂

  31. saya juga dah lama gak makan daging. tapi kalo saya lebih karena lagi ngirit..
    he..he..

    jalan-jalan sore..

    _________________________

    Yari NK replies:

    Huehehe…. oke deh…. selamat jalan2 sore…. 🙂

  32. wahhhh…..
    kejujuran memang diatas segalanya…

    tp apa msih ada para pedagang yg dalam berjualan mengikuti jejak rasulullah??

    ___________________

    Yari NK replies:

    Nah…. itu dia…. nampaknya sekarang yang kebanyakan dikejar oleh pedagang kita, terutama para pedagang yang tidak beretika dan kurang terpelajar adalah dengan mencari untung sebesar2nya dalam waktu sesingkat2nya walaupun itu dengan mengorbankan kesehatan atau apapun dari si konsumen. Benar2 tindakan yang tidak terpuji….

Tinggalkan komentar