Category Archives: Pengetahuan

Menentukan Awal Bulan Ramadhan dan Syawal Dengan Perangkat Android Anda

Anda termasuk orang yang menunggu-nunggu awal bulan Ramadhan, bulan suci/puasa bagi umat Islam? Atau anda juga termasuk orang yang menunggu kapan persisnya jatuhnya idul Fitri di awal bulan Syawal? Dan anda menunggu sidang isbat (yang katanya menghabiskan biaya hingga Rp. 9 milyar tersebut) dari pemerintah sebagai rujukan awal bulan Ramadhan/Syawal? Nah… jikalau anda mempunyai perangkat Android anda tidak perlu menunggu sidang isbat sebagai rujukan awal bulan Ramadhan/Syawal. Bahkan anda dapat mengetahuinya jauh-jauh hari sebelum bulan Ramadhan/Syawal tersebut tiba! Hasilnya cukup, eh bukan cukup, bahkan sangat akurat! Perangkat Android yang anda butuhkanpun tidak perlu yang canggih-canggih. Anda bahkan dapat menggunakan perangkat Android 1.6 yang lama. Tidak perlu yang mahal-mahal dan yang jelas tidak perlu biaya hingga Rp. 9 milyar seperti sidang isbat! :mrgreen: Bahkan dengan perangkat Android anda, anda dapat memastikan apakah akan ada perbedaan awal bulan Ramadhan/Syawal menurut hisab (yang biasa dipakai oleh Muhammadiyah) atau rukyat/pengamatan (yang biasa dipakai oleh NU/pemerintah)!!

Yang anda butuhkan sekarang adalah aplikasi android dan kemampuan anda untuk mengolah data yang dihasilkan aplikasi tersebut. Sangat mudah dan tidak perlu perhitungan yang memusingkan. Ada banyak aplikasi mengenai fase bulan dan astronomi yang bisa anda gunakan untuk menentukan awal sebuah bulan qomariyah. Saya akan berikan contoh satu aplikasi saja, dalam hal ini saya akan menggunakan aplikasi bernama “Lunafaqt” yang bisa anda unduh di Google Play (OS Android 2.2 dan di atasnya)  atau Android Market (OS Android 2.1 dan di bawahnya).

Oke, mari kita mulai! Mula-mula jalankan aplikasi Lunafaqt yang sudah anda unduh! Maka akan terdapat gambar seperti di bawah. Bentuk/fase bulan bisa berbeda-beda tergantung waktu. Screenshot ini diambil tanggal 14 Juli 2013.

lunafaqt1

 

 

 

 

 

 

Sekarang sebagai contoh mari kita tentukan kapan persisnya 1 Syawal 1434 H pada kalender masehi. Pertama kali adalah perhatikan bulatan hitam penuh di kiri bawah layar seperti gambar di bawah ini yang dilingkari warna merah. Bulatan hitam tersebut menunjukkan waktu konjungsi atau ijtima matahari, bulan dan bumi atau yang diseut dengan “bulan baru”.

lunafaqt1a

 

 

 

 

 

 

Sekarang sentuhlah bulatan hitam tersebut maka layar akan berubah menjadi fase bulan baru pada tanggal dan jam tersebut. Dalam kasus ini (1 Syawal 1434H) adalah tanggal 7 Agustus 2013 pukul 04:51 WIB seperti gambar di bawah ini:

lunafaqt2a

 

 

 

 

 

 

Langkah berikutnya adalah perhatikan waktu matahari terbenam atau sunset di layar perangkat Android anda seperti bagian yang dilingkari merah pada gambar di bawah ini:

lunafaqt2b

 

 

 

 

 

 

Di sana tertulis waktu matahari terbenam adalah pukul 5:51pm atau 17:51. Waktu matahari terbenam dapat berbeda-beda tergantung dari awal bulan dan tahun yang akan anda cari. Setelah anda perhatikan waktu matahari terbenam selanjutnya adalah mencari pengatur waktu atau jam di kanan atas seperti yang dilingkari biru pada gambar di atas. Setelah anda menemukannya sentuhlah bagian itu maka akan keluar pengatur waktu seperti gambar berikut:

lunafaqt4

 

 

 

 

 

Aturlah pengatur waktu tersebut sesuai dengan waktu matahari terbenam, dalam kasus ini pukul 17:51. Setelah anda menekan tombol ‘Set’ maka hasil akhirnya adalah sebagai berikut:

lunafaqt3a

 

 

 

 

 

 

Selesai! Sekarang tinggal menyimpulkan kapan jatuhnya 1 Syawal 1434H tersebut. Untuk yang menggunakan metode hisab (seperti yang sering dipakai Muhammadiyah) maka prosesnya  cukup hingga gambar ke-2 di atas. Kita cukup memperhatikan tanggal dan bulan waktu kongjungsi yaitu dalam kasus ini adalah 7 Agustus 2013 pukul 4:51. Ini berarti bahwa saat Maghrib tanggal 7 Agustus 2013 kita sudah memasuki bulan Syawal. Sehingga tanggal 8 Agustus 2013 kita akan merayakan Idul Fitri. Andaikan waktu kongjungsi terjadi setelah waktu matahari terbenam atau maghrib maka maghrib berikutnya (keesokan harinya) baru kita memasuki bulan baru.

Bagaimana dengan metode rukyat (atau lebih tepatnya rukyatul hisab campuran antara rukyat dan hisab)? Nah untuk itu kita lihat gambar terakhir yaitu data mengenai ketinggian bulan pada saat matahari terbenam seperti yang dlingkari warna merah.  Di sana tertera 3,19°. Jikalau pada saat matahari terbenam ketinggian bulan >2° maka maghrib tanggal 7 Agustus 2013 kita sudah memasuki bulan Syawal. Itu berarti tanggal 8 Agustus 2013 kita akan merayakan Idul Fitri. JIKALAU ketinggian bulan ternyata <2° maka itu berarti maghrib keesokan harinya yaitu tanggal 8 Agustus 2013 kita baru memasuki bulan Syawal sehingga kita baru merayakan Idul Fitri tanggal 9 Agustus 2013.

Nah kesimpulan dari data yang disuguhkan Lunafaqt  adalah untuk 1 Syawal 1434 H, baik dengan metode hisab maupun rukyat tidak akan ada perbedaan dan kita akan merayakan Idul Fitri seragam tanggal 8 Agustus 2013. Mudah, murah, cepat  dan akurat bukan? Tidak perlu dana hingga Rp 9 milyar kan? :mrgreen:

Mekah Bukanlah (satu-satunya) Tempat Golden Ratio di Bumi Ini

Perhatian:

Postingan ini bukan postingan tentang agama tetapi murni postingan ilmu pengetahuan biasa. Terima kasih.

Beberapa waktu yang lalu seorang tweep di twitter berkicau tentang kota Mekah yang dikatakannya sebagai tempat “The Golden Ratio” di permukaan bumi ini. Sebenarnya topik ini bukanlah baru karena di forum digital manapun topik ini sudah sering diketengahkan dan diperdebatkan. Untuk itu saya tertarik untuk menuliskannya kembali dan mengangkatnya sebagai postingan di blog ini, benarkah Mekah adalah tempat Golden Ratio di permukaan bumi ini? Jikalau benar apakah Mekah satu-satunya tempat Golden Ratio di planet ini? Dan jikalau benar pula, apakah tempat-tempat Golden Ratio ini benar-benar istimewa? Yuk…. mari kita telaah satu persatu.

APAKAH GOLDEN RATIO ITU?

goldenratio

Secara sederhana Golden Ratio (atau ada juga yang menyebutnya sebagai the Golden Mean) adalah jika kita menggambar sebuah garis dan membagi dua garis itu yang satu panjang (kita namakan misalnya garis tersebut garis ‘a’) dan yang satu pendek (kita namakan garis tersebut garis ‘b’) maka perbandingan total panjang garis ‘a’ dan ‘b’ banding ‘a’ harus sama dengan perbandingan panjang garis ‘a’ banding garis ‘b’. Atau secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:

\frac{a+b}{a} = \frac{a}{b} = 1,61803...

Sederhana bukan? Dan ternyata nilai dari perbandingan tersebut mendekati angka 1,61803…… Atau secara sederhana dapat disimpulkan bahwa perbandingan panjang garis ‘a’ (yang panjang) dengan garis ‘b’ (yang pendek) haruslah 1,61803……. Golden ratio ini sering disimbolkan dengan huruf Yunani ‘phi’ atau ‘ϕ’. Mulai saat ini kita akan menggantikan angka 1,61803… ini dengan ‘ϕ’.

BENARKAH MEKAH MERUPAKAN TEMPAT THE GOLDEN RATIO DI BUMI?

Sekarang perhatikan peta di bawah ini:

petagoldenratioPada gambar peta di atas garis hitam tebal adalah garis khatulistiwa (horizontal) dan garis meridian atau bujur 0 derajad (vertikal) yang melewati Greenwich, Inggris. Sekarang perhatikan garis hijau dan garis merah yang berpotongan di jazirah Arabia di atas. Itulah yang dmaksudkan dengan tempat the golden place ratio.

Bagaimana cara mendapatkan tempat golden ratio di jazirah Arabia di atas? Sebenarnya mudah saja! Seperti yang sudah kita ketahui di atas: \frac{a+b}{a} = 1,61803... Sekarang dari persamaan itu mari kita mencari koordinat tempat the golden place itu. Pertama kita mencari koordinat lintangnya. Karena total lintang dari utara ke selatan adalah 180° maka a+b=180. Masukan 180 ke persamaan di atas:

\frac{180}{a} = 1,61803... maka

\frac{180}{1,61803...} = a

a = 111, 2464°

Sekarang kita cari koordnat bujurnya. Karena total bujur di permukaan bumi ada 360° maka a + b = 360°. Kita masukan dalam persamaan caranya sama:

\frac{360}{a} = 1,61803...

\frac{360}{1,61803...} = a

a = 222,4928°

Apa artinya? Artinya dari total lintang 180° garis yang panjang adalah sepanjang 111,2464° sedangkan garis yang pendek adalah sepanjang 180° – 111,2464° = 68,7536°. Sedangkan untuk bujur, garis yang panjang adalah 222,4928° sedangkan garis yang pendek adalah 360 – 222,4928° = 137,5072°. Sekarang kitaa kembali ke peta di atas batas kiri peta adalaah 180° Bujur Barat (BB) atau supaya lebih mudah kita sebut -180°. Sedangkan batas kanan peta adalah 180° BT (Bujur Timur) atau kita sebut 180°. Batas atas peta adalah 90° LU (Lintang Utara) atau kita sebut 90°. Sedangkan batas bawah peta adalah 90°LS (Lintang Selatan) atau -90°. Mari pengukuran kita mulai dari batas kiri peta. Batas kiri peta adalah -180° kita tambahkan dengan  222.4928° ( -180° + 222,4928° = 42,4928°) atau 42,4928° Bujur Timur. Sekarang  berikutnya kita ukur mulai batas bawah peta yaitu -90° kita tambahkan dengan 111,2464° (-90° + 1111,2464° = 21,2464°) atau 21, 2464° Lintang Utara. Nah, jikalau kita cari di Google Maps maka koordinat (42,4928° BT 21,2464° LU) adalah memang di wilayah Saudi Arabia atau diperpotongan garis merah dan hijau di atas! Itulah tempat the Golden Ratio di muka bumi ini. Namun begitu ternyata tempat the Golden Ratio itu sekitar 275 km di luar kota Mekah dan tidak persis di kota Mekah seperti dalam gambar berikut ini (tempat yang ditandai balon merah adalah tempat Golden Ratio sementara yang ditandai balon hijau adalah kota Mekah):

ScreenHunter_01 Mar. 01 07.56

 

 

 

 

 

APAKAH “MEKAH” (DALAM TANDA KUTIP) TEMPAT SATU-SATUNYA THE GOLDEN RATIO DI BUMI?

Pertanyaan selanjutnya adalah apakah tempat di Saudi Arabia itu satu-satunya tempat the Golden Ratio di bumi ini? Ternyata tidak! Sekarang mari kita coba mencari tempat the Golden Ratio yang lain. Kita mulai dari batas atas peta untuk mencari koordinat lintang. Koordinat batas atas peta adalah 90° LU, selanjutnya kita kurangi 90° dengan 111,2464° hasilnya adalah -21,2464° atau 21,2464° LS (Lintang Selatan). Berikut kita cari koordinat bujur, kita mulai dari batas kanan peta yaitu yang berkoordinat 180° BT, selanjutnya kita kurangi 180° dengan 222,4928 hasilnya adalah -42,4928 atau 42,4928° BB (Bujur Barat). Nah, jikalau anda mencarinya di Google Map maka akan diperoleh tempat dari koordinat tersebut yaitu sebuah tempat di Brasil sekitar 200 km dari kota Rio de Janeiro, seperti nampak pada peta berikut ini:

ScreenHunter_02 Mar. 01 07.59

Jadi apa kesimpulannya? Kesimpulannya adalah:

  1. Mekah (dan juga Rio de Janeiro tentu saja) bukanlah “pusat dunia” atau tempat the Golden Ratio di bumi ini.
  2. Terdapat banyak tempat the Golden Ratio di muka bumi ini selain dari “Mekah” dan “Rio de Janeiro”. Dapatkah anda menemukan tempat-tempat lainnya tersebut? Silahkan mencoba sendiri! 😉

A, B atau C?

Cukup menarik artikel yang dibuat di blog manusiasuper di sini. Sebenarnya ada dua  pertanyaan yang diajukan di artikel manusiasuper tersebut, namun saya tertarik terhadap salah satunya saja. Untuk singkatnya, mari saya intisarikan artikel tersebut di sini. Oke, misalnya anda disuruh memilih dari ketiga kandidat berikut ini (diusahakan jangan golput 😉 )

Kandidat A:  Memiliki banyak teman politisi busuk, percaya pada ramalan bintang, punya dua istri gelap, perokok ganja dan minum 8 hingga 10 gelas martini per hari.

Kandidat B: Pernah dipecat dari kantornya dua kali, selalu tidur hingga siang hari, pengguna opium ketika menjadi mahasiswa dan minum setengah galon wiski setiap malam.

Kandidat C: Dinobatkan sebagai pahlawan perang, vegetarian, tidak merokok, sangat jarang minum minuman keras, dan tidak pernah melakukan pelecehan seksual apapun.

Ayo pilih sekarang! Nah….. anda sudah memilih?? Sekarang kita lihat siapa saja ternyata ketiga kandidat tersebut:

**

**

**

**

**

**

**

**

**

**

Dan ini dia ketiga kandidat tersebut:

Kandidat A: Franklin Delano Roosevelt
Kandidat B: Winston Churchill
Kandidat C: Adolf Hitler

Terkejut? Ya, sayapun juga terkejut. Tapi hanya untuk sementara. Ada dua hal kenapa keterkejutan saya hanya sebentar.  Pertama saya langsung menyadari bahwa pilihan di atas agak “mengarahkan” karena kandidat A dan B hanya dituliskan sifat yang buruk-buruk saja, sementara kandidat C hanya dituliskan sifat yang baik-baik saja.  Mungkin jikalau sifat-sifat kandidat A dan B diteruskan dan dimasukkan juga sifat-sifat baiknya sementara sifat-sifat kandidat C juga diteruskan dan dimasukkan juga sifat-sifat buruknya mungkin pilihan kita bisa berbeda. Kedua, tentu saja saya sadar bahwa seburuk-buruknya orang iapun pasti punya sifat-sifat positif juga, sebaliknya sebaik-baiknya orang iapun pasti punya sifat-sifat negatif juga jadi kasus di atas sebenarnya adalah hal yang umum.

Namun hal yang lebih penting dari adanya “kasus”  di atas adalah bisa membuat calon pemilih menjadi bingung karena dalam benaknya tertanam seolah-olah mereka yang mempunyai sifat-sifat baik ternyata bisa menjadi seorang “monster” dan sebaliknya. Sebenarnya kasus di atas memang bisa saja terjadi di dunia nyata ketika para pemilih dengan segala cara tidak bisa mengetahui sifat-sifat lengkap kandidat-kandidat yang akan dipilihnya atau pendek kata informasi mengenai kandidat-kandidat tersebut sangat terbatas. Kalau sudah begitu kini timbul dua pertanyaan, pertama, apakah jikalau kita memilih C (yang ternyata Adolf Hitler) berarti kita salah pilih? Tentu saja jawabannya ‘ya’. Tapi, pertanyaan kedua, apakah kita bersalah karena memilih C? Jawabannya ‘tidak’, karena kita sudah memilih dengan kriteria yang masuk akal berdasarkan informasi maksimal yang kita dapatkan. Memang betul, lain waktu jika ada kandidat-kandidat dengan sifat-sifat di atas bisa jadi kandidat C malah lebih buruk dari Adolf Hitler, namun jangan lupa bisa saja lain waktu ternyata kandidat A atau B yang memang jauh lebih buruk dari Adolf Hitler. Jadi jika ada pemilihan kandidat seperti di atas dan anda tidak mengetahui bahwa C adalah Adolf Hitler, dan anda hanya mempunyai informasi yang terbatas mengenai ketiga kandidat, maka jangan ragu-ragu untuk memilih salah satu kandidat yang menurut anda paling sreg, termasuk kandidat C ! 😉

Is Homosexuality Against Nature?

One early morning about 5, after offering up the dawn prayer, since I had nothing else to do and I was in no mood for the Internet, I remotely switched on the TV, after browsing a few channels around I came across a religious talk-show programme which is daily aired by a local TV station. I’m not sure what was the topic (because I only focused on it for a few minutes before I reclicked the  channel-up button) but I happened to hear the host of the programme confidently stating that ‘homosexuality is against nature (In Bahasa Indonesia: melawan kodrat)’. Perhaps the topic being discussed was about homosexuality or the like, I’m not sure.  Okay if you talk about homosexuality in the frame of religion especially in Islam, we all know too well that homosexuality is a sin and no mistake, I’ll second it.  But against the nature? That’s another thing that I would not agree on. After doing some googlings online, I found articles that supported my opinion that homosexuality is not against nature. I do not know exactly what did the host of the programme mean by ‘against nature’ but I assumed that  what he meant by ‘against nature’ is that it is not commonly or generally found in nature.  If only the pious speaker had enough time  to sweat over  thorough googlings I bet he would not say something like that!

If you search for  the information of homosexual behaviour in animal, you will be surprised to find that this behaviour is more than common in the animal kingdom.  According to Wikipedia, scientists have observed and documented  homosexual behaviour in about 1,500 species ranging from low-level vermicular species to higher-level primates.  The behaviours observed are sex, affection, courtship, pair-bonding and even parenting. Some of homosexual behaviours in certain species show interesting characteristics.

Black Swans

The Black Swan, for instance, an avian species which is found down under, has an astonishingly high-rate of homosexual behaviour. About 25% of black swans homosexually pair off! Usually a pen (a female swan) live with two cobs (male swans) in a nest.  The threesome ends up after the pen lays the eggs when eventually the pen is driven away by the cobs. The cygnets (the young) are raised by the homosexual cobs.  Amazingly the cygnets have higher rate of survivability than those raised by male-female parents! Perhaps it is because of the superior ability of the homosexual parents to defend their territory and to protect their young from external threats.

Two male mallards showing affection to each other

Mallard, another avian species, in which case the males have more beautiful vibrant colours than the females also engage in homosexual relationship. The homosexual behaviour is notably observed  amongst the drakes (the male ducks). The male-male sexual relationship in mallard is as high as 19% which is unusually high for avian species.  A drake usually pairs with a female duck at first. After the female lays her eggs, the drake leaves the female to begin a homosexual relationship with another drake.

The bonobos

Another interesting homosexual relationship is found in the Bonobos. Yes, a bonobo is a chimp-like species found only in the remote jungles of the Democratic Republic of Congo. The man’s next of kin is a fully bisexual species. Contrary to the mallards, the bonobos have highest rate of female-female relationships though male-male relationships are also observed.  It is recorded that 60% of Bonobo’s sexual relationships are female-female that makes bonobo the species that has the highest rate of homosexuality.

Those three mentioned are just a few out of numerous species out there where we can observe homosexual relationships. If you thought that homosexual relationships are only found in human you are definitely wrong because nature has  shown us that homosexuality is part of nature itself! Considering that homosexuality is ubiquitously found in nature throughout the animal kingdom, are we still thinking that homosexuality is against nature? (Hey, don’t get misguided, I am not promoting homosexuality here, but even though you think I am, I will not lose sleep over it either! 😆 I’m just showing you what really happens in nature no matter whether we like it or not! 😉 ).

Photos have been provided through the courtesy of Wikipedia.

Organic or Inorganic? Which Goes To Which?

If you happen to visit Bandung Institute of Technology (ITB) as I did a few months ago, you would probably come across dual waste containers more or less similar to the illustration presented in this post. You may also find these waste containers in other academic institutions but I suppose they are rather rarely seen outside the academic institutions. The purpose of the separation is obvious, it is to separate the “ecofriendly” wastes from the ones which are not. Of course, for some individuals especially the ones who are less educated it is not always easy to decide on the container into which they should throw away their scraps.  that’s why it is understood why these dual containers are mostly found in academic institutions. For those who do not know the “ecofriendly” wastes, they are wastes which are readily broken down by microorganisms mostly by bacteria. The ecofriendly wastes must go to the “sampah organik” or organic waste container and the ones which are not must go to “sampah anorganik” or inorganic waste container.

Of course, this separation is made with good intention, no doubt about it. But let’s see if terms adopted here “organik” and “anorganik” are appropriate for this case. If you look for the word “organic” in the dictionary, the definition should read more or less like “Of, relating to, or derived from living organisms”. This definition should make the rule of thumb look easier when you meet these dual containers and you happen to throw away a scrap. Things like mandarin or banana peels go to the organic container while all plastics go to the inorganic container. Wait a sec! Plastics go to the inorganic container?? Are you not mistaken? If you look for the information of plastic in Wikipedia, the first information obtained will be “A plastic material is any of the wide range of synthetic and semi-synthetic organic amorphous solid…..etc.” Now how can you come to a conclusion that plastics must go to the  inorganic container? Okay…. if you still think that it is still not good enough for you to acknowledge plastics as organic wastes let me tell you this that most plastics are derived from crude oil! And crude oil as you learned it at the primary school decades back is formed from prehistoric living microorganisms. The accumulated fossilised microorganisms underwent the überslow evolution that take millions of years to become crude oil that we know today. So it is beyond doubt that plastics are organic!!

On reading this post now you realise why the adoption of the terms “organik” and “anorganik” are incorrect for this case. In my humble opinion they should be replaced by the terms “biodegradable” and “non-biodegradable” or maybe in Bahasa Indonesia the terms “ramah lingkugan” and “tak ramah lingkungan” will do.

Makan Residu Kimia?

Dos yang ada tulisan 'dot' berisi jeruk mandarin H. Murcott

Bagaimana liburan lebaran anda? Mudah-mudahan menyenangkan dan dapat melepaskan kerinduan terhadap keluarga kita yang telah berceceran di seluruh negeri bahkan di seluruh dunia. Dan mudah-mudahan pula lebaran tidak digunakan sebagai ajang balas dendam makan minum sepuasnya karena sebulan penuh menahan rasa lapar dan haus. Tentu makan minum yang berlebihan selain tidak baik bagi kesehatan juga tidak menghayati nilai-nilai Ramadhan yang baru saja kita lalui. Namun begitu, bagi sebagian orang, makan minum yang sedikit berlebihan pada saat lebaran sudah menjadi kebiasaan dan terkadang tidak terhindarkan (asal jangan keterusan saja ya!). Hal tersebut mungkin karena ketika kita bertamu ke tempat saudara atau kenalan kita, kita selalu disuguhi makanan yang rata-rata berkadar gula tinggi, berkadar garam tinggi, berlemak tinggi dan seterusnya. Belum lagi, di rumah biasanya kita juga memasak masakan lebaran dan membeli kue-kue lebaran untuk menyambut tamu yang datang ke tempat kita, walhasil? jangan tanya deh…. kalori yang masuk ke dalam tubuh kita!

Nah, ini belum termasuk bingkisan lebaran yang sering kita dapatkan! Biasanya kita mendapatkan parsel yang berisi makanan-makanan olahan pabrik yang kaya kalori, kaya sodium (natrium) namun rata-rata minim gizi. Satu-satunya macam parsel yang boleh dikata berisi makanan bergizi mungkin adalah parsel yang berisi buah-buahan! Tahun ini, alhamdulillah, cukup banyak juga saya mendapatkan parsel yang berisi buah-buahan (walau parsel yang tidak berisi buah-buahan juga patut disyukuri dong). Salah satu parsel yang cukup menarik perhatian saya adalah (bukan berupa parsel) sebuah dos yang bertuliskan “dot” seberat 10 kg berisi jeruk mandarin Honey Murcott. Jeruk-jeruk tersebut ternyata diimpor dari Argentina. Rasanya?? Manis tentu saja, dan kualitasnya memang prima. Jeruk-jeruk tersebut diproduksi, dikemas dan diekspor oleh perusahaan agribisnis Argentina bernama CITRIC*LA AYUí S.A.A.I.C. Kemarin, ketika saya sedang asyik-asyiknya menyantap jeruk tersebut, saya iseng-iseng membaca informasi yang ada pada kardus tersebut. Semua informasi ditulis dalam Bahasa Spanyol. Namun begitu untuk informasi-informasi yang singkat seperti yang tertera pada dos tersebut saya masih bisa mengerti. Ada dua buah informasi yang menarik bagi saya yang ada pada dos tersebut. Pertama, informasi yang berbunyi: “Tratado con: TBZ, orthophenylphenol, imazalil, synthetic wax. Kedua, informasi yang berbunyi: “FRUTA DESINFECTADA SEGÚN DIRECTIVA 2000/29/CE CON HIPOCLORITO DE SODIO 200 PPM DOS MINUTOS”.

Kalau sudah ada informasi seperti itu, ya jangan berharaplah buah-buahan yang kita makan  bebas dari residu kimia, walaupun secara resmi memang penggunaan bahan-bahan kimia seperti yang tertera di dos jeruk mandarin tersebut memang secara resmi diperbolehkan. Jadi jangan berharap deh, buah-buahan yang kita makan adalah buah-buahan organik yang bebas bahan pengawet, bebas disinfektan dan bebas penyinaran. Orthophenylphenol misalnya digunakan agar si buah bisa bertahan lebih lama di pasaran (sebagai pengawet) sementara natrium hipoklorit (hipoclorito de sodio) digunakan sebagai disinfektan agar si buah tidak diserbu oleh organisme-organisme yang tidak diinginkan (natrium hipoklorit ini sebenarnya juga kita pakai pada pemutih pakaian! :mrgreen: ). Tentu saja saya bisa mengerti, dari tempat pemetikannya di Argentina sana hingga mencapai rumah saya di Jakarta, tentu si jeruk akan mengalami perjalanan yang sangat panjang. Tanpa pengawet tentu jeruk yang tiba di rumah saya tidak akan segar lagi, dan perjalanan panjang ribuan kilometer menyeberangi beberapa benua dan lautan menyebabkan si jeruk mungkin rentan terkena organisme-organisme mikro yang tidak diinginkan untuk itu bisa dimengerti kenapa bahan-bahan kimia tersebut dibutuhkan pada saat buah-buahan tersebut akan dikirimkan ke seluruh dunia. Toh, kita juga hampir tidak mungkin, misalnya, mengkonsumsi apel organik dari California, lantas kita makan itu apel di Jakarta masih dalam keadaan segar 100%. Saya juga pernah membaca di majalah TIME bahwa produk organik yang terbaik adalah produk organik yang ditanam di tempat lokal agar masih terjaga sempurna kesegarannya. Nah… kalau sudah begini, jikalau kita ingin memakan buah, apalagi buah impor, hampir dipastikan kita juga memakan residu kimia (sintetis) dari bahan pengawet dan disinfektan. Yah… apa boleh buat! :mrgreen:

Chicken or Egg First? Fruit or Seed First?

It is interesting to read the articles on which comes first, egg or chicken?? Actually the British scientists on the Universities of Sheffield and Warwick have eventually concluded the age-old puzzle with a scientific answer that the chicken must have come first! The key to the answer of this puzzle lies in a protein discovered by the scientists called OC-17 or ovocledidin-17. This protein is only found in the eggshell. The scientists use the sophisticated supercomputer simulation to demonstrate the formation of the eggshell from the protein to the fully dvelopped eggshell. The process is rather complicated and it is not easy for laymen (including me) to understand it unless you get to grips with biochemistry very well.

Of course, for those who do not fully understand might be likely to drag the kind of old catch-22 back in circles, a new but old similar question would emerge: “then how did the first chicken come into being?? Did it just pop up?? Was it created by God?? Did it evolve from something else unknown?? etc…etc…” Well… for you to know that I am not too interested in prolonging the puzzle that will eventually incite dogmatic arguments and debates. I am not interested either in detailing the scientific lowdown on the riddle.

Instead of detailing or prolonging the riddle I’d rather like discussing on what Rob stated on his post in his blog concerning reinventing the saying on the situation of which must come first. Of course it is just a mere fun rather than a necessity 😉 . At first I thought it was gonna be easy but after a while I realised that it was not as simple as I initially thought. And after thinking for about half an hour I only came up with three replacements, two of them are not appropriate enough to replace the old saying. Here come those three one after another:

Which one comes first day or night?

At the beginning I thought it’s the perfect substitute for the solved old riddle. But after thinking for a while soon I realised that it wasn’t. The answer to this riddle is not that hard to find. If the earth was created before the sun, the night would come first because there would impossibly be the day without the shining sun. And if the sun was created before the earth, the day and the night came together at the same time, none of both came first since there would always be night and day at the same time (depending on where you stay on the earth, the side facing the sun or the side facing away from the sun) since the birth of the earth! See? So… this replacement is eliminated out of hand! 😉

Which one comes first Sunday, Monday, Tuesday,…, or Saturday?

On which day was the earth created? So I’m rephrasing it. This must be the perfect substitute for the solved puzzle of the saying and it seems that I will never change that view. However, the options are too numerous that it takes forever to express the new saying! So it is not worth a red cent and again I have to get rid of it. 😦

Which one comes first seed or fruit?

After failing with two previous substitutes, I eventually breathed freely after stumbling across this rather similar reinvented saying. Unless there was already a scientific research that had come with the answer of this riddle somewhere else I am pretty sure that this is the perfect replacement for the age-old solved saying. Or do you find it the other way round?? If you don’t agree on it, perhaps you can come up with your own sayings that picture the similar situation. So please, help me! 😉